Rabu, 30 September 2015

Filsafat Analitis (filsafat dewasa ini


Filsafat Analitis

Tokoh aliran ini adalah Ludwing Josef Johai Wihgenstein (1889-1951) yang lahir di wina, Austria. Ilmu yang ditekuninya adalah ilmu penerbangan yang memerlukan studi dasar matematika yang mendalam setelah menjadi ahli matematika ia mendalami filsafat matematukadan logika.
Sumbangannya yang terbesar dalam filsafat adalah pemikirannya tentang pentingnya bahasa. Ia mencita-citakan suatu bahasa yang ideal, yang lengkap, formaldan dapat memberikan kemungkinan bagi penyelesaian masalah-masalah kefilsafatan.
Filsafat Analitis ini berpengaruh di Inggris dan Amerika sejak tahun 1950. filsafat ini membahas bahasa dan Analisis konsep-konsep.

B.     Aliran-aliran Inggris tentang filosofikal Analisis
Pada permulaan abad ke 20, beberapa filosof termasuk didalamnya G.E.Moore,Bertand Rusel, C.D Broad dan Ludwing Wihgenstein menaruh perhatian terhadap penyelidikan logistic  dan logical analisis dari itulah konsep dam proposisi .arah baru ini sebagiannya merupakan reaksi terhadap filosof idealis.beberapa filosof rasionalis pada abad ke19 menganut paham idealisme mutlak .suatu reaksi terhadap monisme yang ketat semacam itu adalah timbulnya pluralisme yang ekstrim. Sebagian oleh karena ingin menjauhkan diri dari impliksi metafisik , dari konsep ‘pluralisme “ sebagian lain karena metode analitik yang sudah ditinjau kembali, kelompok filosof analismengalihkan perhatian mereka dan akibatnya istilah-istilah  logika emperisme, filsafat analitik, mulai dipakai
            Fakta Russel dan Wihgenstein telah menyelami filsafat melalui logika simbolis dan matematik, mempinyai pengaruh juga kepada timbulnya filosofikal analisis.
            Dengan menengok kebelakang, kepada sejarah filsafat, para pengikut aliran analisa mengira bahwa mereka mendapatkan bukti bahwa analisa bahasa itu selalu ditekankan, walaupun pada akhirnya yang nampak menjadi permasalahan adalah soal-soal yang tidak mengenai bahasa. Mereka mengingatkan kita kepada analisa Plato tentang konsep-konsep seperti “keadilan “ kepada usaha Socrates untuk menjelaskan arti istilah-istilah seperti: Kebenaran, kebaikan dan kesalehan dan kepada penyelidikan Hume yang ketat mengenai pernyataan tentang kausalites. Analisa bukannya suatu hal yang, akan tetapi suatu metode filsafat yang sudah lama dan ditekankan oleh kaum empiris. Pengikut linguistic analismengatakan “yang baru adalah ketelitian dan ketaatan yang luar biasa, kehalusan yang ditingkatkan,ketetapan dari metode simbolik serta pengakuan yang tegas bahwa yang dikerjakan adalah analisa linguistik.
             Kaum analisis masa kini padaumumnya adalah empiris dan kenyataan mereka itu berpendirian bahwa suatu pernyataan itu” berarti jika ia dapat ditengok kebenaranya secara empiris atau jika pernyataan itu hanya mengenai bagaimana kita memakai istilah. Pernyataan yang tidak di dasarkan atas pengalaman dan dan tidak dapat dibuktikan dianggap”nonsense” atau hanya mempunyai pungsi yang kognitif . mereka menyatakan bahwa semua data yang benar tentang pengalaman adalah lapangan untuk ilmu-ilmu yang khusus.

            Ludwing Wihgenstein
Dalam abad ke 20 hanya sedikit filosof yang mempunyai pengaruh lebih mendalam terhadap filsafat atau perhatian yang lebih besar terhadap soal-soal linguistik, dari pada ludwing wihgenstein ( 1889-1951) ia terpengaruh dari Bertand Russel dan G.E Moore. Pada tahun 1930 ia mengganti Moore dan mengajar filsafat di Cambridge. Ia menghasilkan dua sistim pemikiran yang orisinal : pertama dalam karangannya Tractatus ,suatu karangan pendek yang diterbitkan pada tahun 1922. yang kedua, karangan yang lebih panjang dengan judul philosophical investigations,yang diterbitkan pada tahun 1953.
Tractus merupakan uraian tentang kondisi-kondisi dimana bahasa mempunyai arti serta dapat memiliki kebenaran. Kalimat yang berarti adalah gambaran tentang realitas, akan tetapi dalam tiap-tiap gambaran harus ada hubungan satu sama lain, antara gambaran dan keadaan yang dilukiskannya Teori gambaran (ficture theory) dari preposisi adalah pokok dalam tingkatan-tingkatan pikiranya yang permulaan.  Untuk memahami suatu kalimat kita  harus mengetahui “refrent” atau keadaan yang kalimat tersebut meminta perhatian kita. Pernyataan-pernyataan yang dapat ditetapkan didunia harus memenuhi persyaratan persyaratan yang tepat; jika tidak maka pernyataan itu adalah nonsense. Dalam pandangan mereka filsafat telah menuju kepada penemuan intelektual. Filsafat adalahmetode untuk menjelaskan kebauran linguistik yang telah meinmbulkan problem-problem semu yang bermacam-macam.
Dengan keluarnya karangan wihgenstein yang kedua yaitu philosophical investigation, filsafat analitis menyesuaikan diri dengan penolongan baru. Ia tetap ada hubungannya dengan bahasa, akan tetapi wihgenstein melihat watak bahasa dengan pandangan baru. Ia banyak menolak ide-ide yang terdapat dalam Tractus dengan alasan banyak bahwa ia mula-mula berpendapat bahwa bahasa hanya mempunyai satu pungsi yaitu untuk menyebutkan fakta, yang menarik perhatian wihgenstein sekarang adalah bahwa bahasa itu mempunyai beberapa fungsi, oleh karena itu perhatian harus dialihkan dari logika-logika penyusunan bahwa 79 sempurna “kepada pemakaian bahasa”.

Filsafat diluar Yunan


BAB I
PENDAHULUAN

Pada umumnya pembicaraan tentang filsafat dikaitkan dengan filsafat Yunani. Hal itu disebabkan akar pemikirannya berkaitan dengan filsafat Yunani. Misalnya pembicaraan tentang eksistensialisme, maka secara kesejarahan mempunyai kaitan histories dengan filsafat Yunani (kuno) tersebut.
Dalam filsafat Timur, non-Yunani, pada umumnya pemikiran bersifat holistic, menyeluruh dan terpadu. Beberapa ahli mengemukakan adanya empat macam filsafat Timur, ialah filsafat India yang diiringi Hinduisme, filsafat Asia Tenggara yang diiringi Buddhisme dan filsafat Cina yang diiringi  Confusionisme (dari Kong Hu Tsu). Selanjutnya adalah filsafat dan budaya Islam yang diiringi agama Islam. Teologi Kristen dimasukkan ke dalam pemikiran atau kebudayaan Barat, karena meskipun lahir di sebelum Timur Yunani, namun berkembang pesat di Eropa dan Amerika. Filsafat-filsafat tersebut pun diketahui lahir pada kurang lebih abad 5-7 SM sehingga timbul dugaan bahwa pada abad tersebut terjadi perubahan yang mondial dalam lapangan berpikir.



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Filsafat Hindu
Filsafat Hindu diprakirakan telah ada pada abad ke-7 SM, sebagai periode proto-filosofis, kurang lebih sama dengan awal filsafat Yunani Kuno. Pada abad itu karma dan teori-teori liberasi bangkit, diikuti daftar proto ilmiah ontologism.
Weda berasal dari kata Veda, sebagai bakal pemikiran Hinduisme, merupakan budaya yang dibangun dari budaya Eropa dan India Utara. Wujud Weda adalah tradisi lisan yang kemudian ditulis sebagai suatu petunjuk bagi manusia dalam menempuh kehidupannya. Itulah sebabnya Weda sering dianggap sebagai wahyu, meskipun di kemudian hari dianggap lebih sebagai kebijaksanaan manusia, wahyu kosmik. Wahyu ini sebagai hasil kontemplasi dalam memahami kehidupan, semesta alam.
Para pemikir di bidang agama menganggap bahwa wahyu dalam Weda berbeda dengan wahyu dalam agama seperti Islam dank RISTEN, karena banyak memuat unsure budaya dan sejarah suatu bangsa atau ras, seperti sabda tetua adapt atau guru. Sebagai bahasa, Weda atau Vedadikenal sebagai induk dari bahasa Sansekerta. Bersama-sama Upanishad danBhagavad GitaVeda menjadi buku utama agama dan filsafat Hindu.
Dalam budaya, agama, dan filsafat Hindu dikenal Rita yang berisikan petunjuk untuk mengatur dunia, alam semesta, dan segala isinya. Oleh karena itu, Rita dapat dianggap sebagai kitab utama atau kitab mulia orang Hindu. Di dalam buku tersebut, diutarakan tentang system kasta yang menempatkan manusia ke dalam empat tingkatan, yaitu:
1)      Brahmana, semula berarti korban, kemudian menjadi golongan manusia kelas tinggi, suci dan menduduki kasta tertinggi
2)      Ksatria, kasta kedua terdiri atas bangsawan dan raja yang mengatur kehidupan duniawi dalam rangka berkorban
3)      Vaisya, kaum pekerja biasa, kelas menengah dan menduduki kasta ketiga
4)      Sudra, rakyat kecil
Ada kesatuan antara manusia dan makhluk semesta dengan dunianya sehingga manusia dianggap sebagai bagian dari alam. Hal ini jelas berbeda dengan filsafat Yunani yang menempatkan manusia berhadapan dengan dunia sebagai tempat hidupnya.
Namun, agama Hindu mengakui keberagaman penampilan yang Mhakuasa, dari yang berbentuk benda alam seperti bulan dan matahari sampai manusia dan bentuk spiritual. Dewa-Dewi bukan Tuhan, melainkan mencerminkan sifat-sifat Tuhan yang mahakuasa dan Yang Maha Esa. Pemikiran Hindu menerima pluralitas penafsiran atas Tuhan sehingga Hinduisme dapat menjadi wadah dari berbagai pemahaman tentang Tuhan. Hal yang harus dicapai manusia dalam kehidupannya adalah mencapai tingkat spriritualitas yang tertinggi. Spiritualitas adalah kekuatan hidup yang tingkat spiritualitas yang tertinggi. Spiritualitas adalah kekuatan hidup yang hakiki. Definisi yang sering digunakan untuk memahami spiritualitas Hindu ini adalah apa yang dikemukakan oleh Murray dan Zentner:
“Suatu kualitas yang melampaui afiliasi agama, yang mendorong untuk inspirasi, revans, awe, makna dan tujuan, bahkan dalam diri mereka yang tidak percaya akan Tuhan. Dimensi spiritual mencoba menjadi harmoni dengan alam, dan berusaha menjawab ketidakterbatasan, jika orang menghadapi tekanan-tekanan emosional, sakit fisik atau kematian”.
Mengapa definisi ini sering digunakan untuk memahami Hinduisme adalah karena terdapat karakter keselarasan dengan alam semesta. Dalam ajaran Hindu, esensi manusia adalah spiritnya, dan Tuhan Yang Maha Esa adalah sumber segala spirit.

B.     Filsafat Budha
Para ahli sering menyatakan bahwa dalam memahami Hinduisme, seyogiannya kita mempelajarinya bersama-sama dengan Budhisme, baik secara fisik maupun isi. Secara fisik, baik Hinduisme maupun Budhisme lahir dari seorang bijaksana yang lahir di sebelah Utara India. Hanya saja Budha, siddharta Gautama, melakukan kontemplasi di Asia Tenggara, sementara Weda di India Selatan.
Pencerahan merupakan inti ajaran Budha: bahkan budha sendiri berarti: “yang dicerahi”. Dasarnya adalah mencari jalan menuju keselamatan. Dalam mencapai keselamatan, orang harus menemukan lebih dahulu kebenaran. Ada empat kebenaran mulia dalam ajaran Budha, ialah tentang penderitaan, sebab penderitaan, melenyapkan penderitaan, dan tentang jalan menuju pelenyapan penderitaan.
Dalam mencapai kebahagiaan, orang harus melepaskan diri dari penderitaan, dengan cara melepaskan diri dari keinginan secara sempurna. Ada delapan langkah yang dapat ditempuh dalam hal ini, yaitu:
  1. Penglihatan yang benar
  2. Keinginan yang benar
  3. Perkataan yang benar
  4. Perbuatan yang benar
  5. Hidup yang benar
  6. Usaha yang benar
  7. Pikiran yang benar
  8. Semedi yang benar
Dari kedelapan hal tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kebijakan, kelurusan dan semedi.
Upaya untuk mencapai kebahagiaan melalui langkah-langkah terebut dicapai melalui upaya pencerahan yang dilakukan dalam kontemplasi. Kontemplasi yang sering dilakukan Budha melahirkan kesimpulan, bahwa “semua yang ada pada diri kita merupakan hasil dari yang kita pikirkan”.
Metafisika Budha tertulis dalamDharmapala, antara lain menyatakan tiga cirri benda, yaitu bersifat fana, mengandung penderitaan dan tanap ego.

C.     Filsafat Cina
Seperti halnya filsafat Yunani, filsafat Cina sangat penting untuk dipelajari. Selain telah berumur tua, filsafat Cina juga telah melahirkan berbagai macam wacana, antara lain ilmu pengetahuan yang tinggi. Misalnya kedokteran Cina dan kebudayaan tinggi lainnya.
Chan (1962) menulis filsafat Cina dengan sangat bervariasi, berisi pemikiran lama dan baru; bersifat kebarat-baratan (Western) ataupun asli; ekstrem ataupun moderat. Setiap pemikiran berusaha memperebutkan supremasi.
Secara umum filsafat Cina terbagi menjadi dua kelompok, yaitu aliran Kong Hu Tsu dan aliran filsafat kebaratan. Pada abad ke-11 lahir Neoconfusianisme. Bidang yang saat ini menjadi lahan perjuangan, meliputi :
  1. Upaya mutakhir paham Kong Hu Tsu untuk menyesuaikan diri kembali
  2. Serangan dari Barat
  3. Berkembangnya Buddhisme
  4. Lahirnya filsafat rasional Kong Hu Tsu baru.
Khong Hu Tzu. Terkenal dengan nama Confucius yang hidup antara tahun 551-479 SM. Pikiran-pikiran filosofisnya samai saat ini masih tetap hidup, terutama karena cirri dari filsafat no-Yunani yang lebih merupakan petunjuk kehidupan yang baik daripada wacana berargumentasi. Pikiran-pikirannya menjadi lahan subur bagi tradisi cultural Cina sampai saat ini. Seperti Hinduisme dan Buddhisme, Confucianisme dinilai sangat baik dan dipercayai sebagai way of life yang demikian tinggi sehingga oleh sebagian besar penganutnya dianggap sebagai agama. Dua abad sebelum Plato mendirikan Akademika, Kong Hu Tsu telah membangun lembaga pendidikan yang menyangkut kepemimpinan politik/Negara. Pemikiran-pemikiran para pemikir Cina ini terkumpul dalam Klasik ina, berupa kumpulan sajak, musik, dokumen histories, analisis kejadian-kejadian, serta kronologis kejadian di pengadilan Lu, dan komentar atas buku Pemikiran-pemikiran para pemikir Cina ini terkumpul dalam Klasik ina, berupa kumpulan sajak, musik, dokumen histories, analisis kejadian-kejadian, serta kronologis kejadian di pengadilan Lu, dan komentar atas buku Yijing (buku-buku tentang perubahan).
Kong Hu Tsu mulai berpraktik secara mandiri dengan berjalan dari satu Negara ke Negara lainnya, membangun pemimpin politik yang membawanya keapda keberhasilan social dan politis.
Filsafat Cina yang mendasarkan diri pada pemikiran Confucius merupakan seperangkat gagasan etika yang berorientasi pada praktis. Terutama menitikberatkan pada ikatan tradisional berupa tanggung jawab etis dan dao, atau kehidupan manusia yang baik dan ideal serta menyeluruh. Konsep-konsep utama yang dikemukakan selain dao adalah kebajikan.
Cina berkenalan dengan filafat Barat pada tahun 1897. Pikiran-pikrian Barat yang berkembang di Cina pada dasarnya adalah:
  1. Pragmatisme
  2. Materialisme
  3. Neo-Realisme
  4. Vitalisme
  5. Idealisme Baru

D.    Filsafat (di Dunia) Islam
Seperti filsafat non-Yunani lainnya, filsafat Islam pada dasarnya adalah perbincangan tentang tuntunan kehidupan yang baik dan pengabdian kepada Allah swt dan bersumberkan agama. Filsafat Islam kita temukan pada pemikiran-pemikiranIbnu Sina (Avicenna) yang lahir pada 370 H/980 M dan meninggal pada 428 H atau 1036 M. Juga ditemukan pada pemikiranIbnu Rusyd (Averroes). Mereka dikenal sebagai dua tokoh utama filsafat Islam. Namun tidak hanya kedua pemikiran ini, komunitas Islam memiliki sejumlah filosof karena berani mengemukakan pemikiran yang berbeda dengan yang ada sebelumnya, khususnya dengan para penyebar agama Islam yang berpikir dalan nuansa Islam.
Tetapi setelah Al-Gazali, seorang imam besar Islam, mengeritik keras filsafat Islam atau pemikiran para filosof Islam maka filsafat Islam menjadi kurang bersinar. Hal ini bukan berarti bahwa dalam komunitas Islam tidak tumbuh pemikiran filsafat. Al-Kindi dan Al-Farabimerupakan dua pemikir Islam yang besar dan sangat dihormati dunia, di samping Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd.
Beberapa filosof Islam yang terkenal dapat dikemukakan berikut ini:
1.      Al-Kindi, bernama lengkap Abu Ya’kub al-Kindi (801-866 M). Ia dapat dianggap sebagai peletak dasar pemikiran filsafat Islam. Filsafat al-Kindi menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pemikirannya, tetapi kandungan Al-Qur’an dipahami dengan rasionalitas yang dibangun dari pemikiran Plato dan terutama Aristoteles yang dipelajarinya dari filsafat Yunani Kuno. Oleh karena itu, al-Kindi sering disebut sebagai seorang yang menghubungkan antara filsafat dan teologi Islam.
2.      Al-Farabi (870-950 M), meneruskan pemikiran al-Kindi yang menggunakan pola pikir Plato dan Aristoteles. Ia kemudian mengembangkan pemikrian filsafatnya secara komprehensif. Meskipun pada awalnya ia lebih mengenalkan pemikiran Plato dan Aristoteles, namun akhirnya ia mengembangkan isi filsafat yang diyakininya, yaitu emanasi. Emanasi adalah bagian filsafat yang memandang Tuhan, Allah, sebagai asal segala hal. Filsafat al-Farabi sebagian besar memang banyak membahas tentang Tuhand an Ketuhanan.
3.      Ibnu Sina, oleh orang Barat dikenal dengan sebutan Avicenna dan bernama lengkap Abu Ali al-Hussein bin Abdallah Ibn Sina. Ia lahir pada tahun 370 H atau 980 M dan meninggal pada 426 H atau 1036 M. Karya-karyanya di bidang filsaat dan kedokteran. Orang sering menyebutnya sebagai al-Shech al-Rais, atau pimpinan ilmu. Shech adalah gelar akademik tertinggi, sementara Raisberarti pemimpin. Bukunya yang terkenal di bidang kedokteran adalah Canon, sedangkan di bidang filsafat adalah Shifa.Menurut father Anawati (1951), ia menulis Shiah, tetapi Ibn Sina sendiri tidak sependapat dengan pokok pikiran aliran itu. Pemikiran Ibnu Sina dimulai dari mempelajari sendiri filsafat Aristoteles, tetapi ia kemudian mengembangkan sendiri, tidak lagi tergantung pada pemikiran Aristoteles. Tetang buah pikirannya, kita dapat mencatat tiga hal penting, yaitu mengenai logika, metafisika, dan psikologi.
4.      Ibnu Rusyd. Filosof Islam ini lahir di Cordova, Andalusia, Spanyol, pada tahun 520 M, dengan nama lengkap Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd. Ia dianggap sebagai seorang yang “mengenalkan” filsafat Yunani kepada dunia Barat, terutama Eropa sehingga pemikirannya dinilai sangat memengaruhi pemikiran Eropa dan Barat pada umumnya. Sebagai filosof, pemikirannya yang sangat rasional sering dianggap “bertentangan” dengan cara agama (Islam) dalam menangani sesuatu. Tetapi sebagai pemikir Islam, ia lebih dahulu mengenal Islam sehingga ia sekaigus menjadi penyebar kebenaran Islam.
5.      Djamaluddin al-Afghani
Pemikirannya menjadikan al-Afghani disebut sebagai tokoh Renainsans Islam abad ke-19. Ia lahir pada tahun 1839 dan wafat tahun 1897. Djamaluddin adalah pembaru dan filosof. Kebaikan dan kemauannya yang besar menjadikannya seorang pemikir yang dikagumi banyak orang, dan ia dijuluki “the wild man of genius”. Selain sebagai pemikir, ia adalah seorang aktivis, terutama dengan kesertaannya dalam gerakan dan aktivitas politik lainnya. Kemerdekaan berpikir, kejujuran hati, dan kemuliaan budi pekertinya, menjadikan ia seorang yang dipercaya.



BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, Filsafat Hindu diprakirakan telah ada pada abad ke-7 SM, sebagai periode proto-filosofis, kurang lebih sama dengan awal filsafat Yunani Kuno. Pada abad itu karma dan teori-teori liberasi bangkit, diikuti daftar proto ilmiah ontologism.
Para ahli sering menyatakan bahwa dalam memahami Hinduisme, seyogiannya kita mempelajarinya bersama-sama dengan Budhisme, baik secara fisik maupun isi. Secara fisik, baik Hinduisme maupun Budhisme lahir dari seorang bijaksana yang lahir di sebelah Utara India. Hanya saja Budha, siddharta Gautama, melakukan kontemplasi di Asia Tenggara, sementara Weda di India Selatan.
Seperti halnya filsafat Yunani, filsafat Cina sangat penting untuk dipelajari. Selain telah berumur tua, filsafat Cina juga telah melahirkan berbagai macam wacana, antara lain ilmu pengetahuan yang tinggi. Misalnya kedokteran Cina dan kebudayaan tinggi lainnya.
Seperti filsafat non-Yunani lainnya, filsafat Islam pada dasarnya adalah perbincangan tentang tuntunan kehidupan yang baik dan pengabdian kepada Allah swt dan bersumberkan agama. Filsafat Islam kita temukan pada pemikiran-pemikiranIbnu Sina (Avicenna) yang lahir pada 370 H/980 M dan meninggal pada 428 H atau 1036 M. Juga ditemukan pada pemikiranIbnu Rusyd (Averroes).

Kamis, 24 September 2015

Filosofi Angin, Keluhuran Makna dalam Inovasi Energi Belanda

Para filsuf dari beberapa negara telah mendeskripsikan makna udara dari berbagai pandangan, salah satunya adalah karakteristik udara sebagai mediator antara elemen air dan api. Para filsuf Yunani kuno menggambarkan bahwa karakter udara adalah lembab dan hangat, merupakan jembatan dari karakter air yang dingin dan lembab, dengan karakter api yang hangat dan kering.  Pencarian makna tentang udara berkembang seiring kemajuan zaman, mulai dari doktrin para filsuf hingga bukti-bukti eksperimen yang mampu menjelaskan karakteristik udara hingga tingkat mikroskopis.
1
Gambar 4 Elemen Kehidupan
Sumber : http://penakawan.blogspot.com/2014/06/normal
Angin merupakan unsur pokok dalam kehidupan makhluk hidup di bumi. Berbagai siklus kehidupan berjalan dengan bantuan angin. Siklus alamiah seperti  proses penyerbukan tumbuhan, serta sumber  tenaga bagi para nelayan untuk menggerakkan perahu layar. Namun, saat ini filosofi udara yang dipaparkan oleh para filsuf memiliki korelasi yang kuat dengan manfaat energi angin. Energi angin dapat dikonversi menjadi energi listrik yang identik dengan elemen api, selain itu energi angin juga dapat dimanfaatkan untuk proses pengairan. Selain itu hubungan antara elemen angin dan api ternyata memiliki keterkaitan yang erat. Angin merupakan udara yang bergerak akibat perbedaan tekanan di permukaan bumi, perbedaan tekanan udara dipengaruhi oleh perbedaan suhu yang ada di permukaan bumi karena sinar matahari yang jatuh ke permukaan bumi tidak rata. Matahari disebut seperti bola api raksasa yang meradiasikan energi hingga ke bumi.
Pembahasan tentang manfaat angin di abad 20 belum lengkap tanpa membahas tentang tekhnologi sumber energi tenaga angin. Simbol pemanfaatan tenaga angin di dunia diberikan kepada negeri Belanda. Julukan negeri kincir angin seolah tidak bisa lepas dari kemegahan negara ini. Sejarah kincir angin di Belanda berawal dari abad ke 13, dimana penggunaanya untuk menangani permasalahan banjir, serta tenaga penggilingan makanan. Tahun 1970, Chris Wetra dan tim mengembangkan sistem energi tenaga angin untuk memasok listrik bagi 27 ribu rumah tangga di wilayah Kamperduin.  Belanda mengetahui secara persis potensi energi angin yang dianugrahi Tuhan di negara tersebut, mereka mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin didaratan dan di kawasan lepas pantai.
2
Gambar Kincir Angin Belanda
Sumber : http://www.abdolian.com/thoughts/?p=2806
Keunikan bentuk kincir angin di Belanda merupakan suatu bentuk inovasi yang menjadi landasan sumber energi terbarukan dari tenaga angin secara modern. Kebiasaan masyarakat dalam memanfaatkan kincir angin masih tetap dipertahankan sampai saat ini. Mengapa negara Belanda mengunggulkan tenaga angin? Kondisi geografis dari Belanda sangat mendukung untuk memanfaatkan sumber energi ini, kecepatan angin rata-rata di Belanda cukup kencang dan konstan, dengan rata- rata sekitar 4,5 m/s pada tahun 2005. Kondisi ini mendukung Belanda untuk memanfaatkan potensi energi angin secara optimal. Tahun 2010 4% dari energi listrik bersumber dari energi terbarukan, termasuk energi angin. Hal ini masih disayangkan karena potensi energi terbarukan di negara mereka cukup menjanjikan, oleh karena itu Pemerintah Belanda memasang target 14% energi listrik dihasilkan oleh  energi terbarukan.
Belanda mampu membuktikan filosofi udara dengan caranya sendiri, seorang filsuf Tibet mengartikan angin adalah gerakan, sedangkan dalam tradisi China udara dengan istilah Qi dimaknai sebagai energi dari kehidupan atau energi dari perpindahan. Belanda mengubah tenaga angin menjadi sumber energi kehidupan yang lain, permukaan tanah yang lebih rendah dari permukaan laut mampu mereka atasi dengan tenaga angin untuk sistem pengeringan daratan. Pengolahan makanan yang menjadi sumber kehidupan bagi manusia juga tidak lepas dari bantuan kincir angin karya mereka. Inovasi berhasil membuktikan bahwa udara di Belanda hadir tidak hanya untuk kebutuhan bernafas manusia melainkan untuk memajukan peradaban.
Memilih angin menjadi sumber energi bukan pilihan yang salah, kecocokan antara sumber energi angin dengan karakter masyarakat Belanda cukup terlihat. Negara Oranje ini terkenal dengan reputasi kebersihan lingkungan yang sangat baik di bandingkan dengan negara-negara Eropa yang lain. Masyarakat Belanda dikenal terobsesi dengan kebersihan, mereka memilih mengendarai sepeda untuk alasan kesehatan dan meminimalisir kadar pencemaran udara. Terlihat memang tepat pilihan Belanda untuk konsisten memanfaatkan energi angin karena menurut para ahli energi terbarukan, energi angin adalah sumber energi yang bersih, karena tidak menghasilkan emisi gas buang karbon dioksida yang menjadi faktor utama pemanasan global. Konsistensi Belanda mengembangkan energi bersih yang satu ini terbukti dengan dihasilkannya 2000 MW listrik dari pembangkit listrik tenaga angin pada tahun 2009, sedangkan stasiun pembangkit listrik tenaga batu bara hanya sekitar 600-700 MW.
Kelanjutan inovasi dalam bidang sumber energi angin di Belanda dapat menjadi contoh bagi negara Indonesia. Filosofi angin yang menjadi doktrin berabad abad dapat dijadikan pelajaran untuk mengambil manfaat dari alam. Inovasi energi menjadi salah satu jawaban dari keluhuran makna yang disampaikan bumi untuk manusia, Belanda mampu membuktikannya.
Sumber Referensi:
  1. http://www.listrikindonesia.com/pemanfaatan_energi_angin_di_belanda_belum_optimal_123.htm
  2. http://www.alpensteel.com/article/47-103-energi-angin–wind-turbine–wind-mill/558-perkembangan-energi-angin-belanda-kalah-bersaing-di-darat-.html
  3. http://www.fortiswindenergy.com/wind-energy/advantages-wind-energy/windmap-of-the-netherlands
  4. http://cleantechnica.com/2014/08/01/144-mw-near-shore-wind-farm-netherlands/
  5. http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-global/Energi-Bersih/tenaga_angin/
  6. http://www.holland.com/us/tourism/article/wind-energy-in-holland.htm

Jumat, 18 September 2015


Manfaat dan Objek Kajian Filsafat Pendidikan
Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat dan pendidikan sebenarnya adalah dua istilah yang mempunyai makna sendiri.Akan tetapi ketika digabungkan akan menjadi sebuah tema yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan tidak dapat dipisahkan dari ilmu filsafat secara umum. Filsafat pendidikan memandang kegiatan pendidikan sebagai objek yang dikaji. Ada banyak definisi mengenai filsafat pendidikan tapi akhirnya semua mengatakan dan mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka menyelesaikan permasalahan pendidikan. Upaya ini kemudian menghasilan teori dan metode pendidikan untuk menentukan gerak semua aktivitas pendidikan.
Manfaat Filsafat Pendidikan
Pendidikan dapat dibedakan menjadi dua wilayah yaitu humanisme dan akademik. Sisi humanisme mengembangkan manusia dari segi ketrampilan dan praktik hidup. Sementara aspek akademik menekankan nilai kognitif dan ilmu murni. Keduanya merupakan aspek penting yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan. Filsafat pendidikan berperan untuk terus menganalisa dan mengkritisi aspek akademik dan humanis demi sebuah pendidikan yang utuh dan seimbang. Filsafat pendidikan akan terus melakukan peninjauan terhadap proses pendidikan demi perkembangan pendidikan yang mencetak manusia handal.
Objek Kajian Filsafat Pendidikan
Realitas-realitas pendidikan yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan antara lain:
  1. Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempunaan
  2. Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir dan memengaruhi tatanan hidup suatu masyarakat.
  3. Tujuan pendidikan sebagai arah pengembangan model pendidikan.
  4. Relasi antara pendidik dan peserta didik sebagai subjek dan subjek.
  5. Pemamahaman dan pelaksanaan kurikulum dalam pendidikan.
  6. Metode dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
  7. Hubungan antara lembaga pendidikan dengan tatanan masyarakat dan organisasi serta situasi sosial sekitar.
  8. Nilai dan pengetahuan sebagai aspek penting dalam pengajaran.
  9. Kaitan antara pendidikan dengan kelas  sosial dan kenaikan taraf hidup masyarakat.
  10. Aliran-aliran filsafat yang dapat memberikan solusi atas masalah pendidikan.
Pada dasarnya filsafat pendidikan membicarakan tiga masalah pokok. Pertama, apakah sebenarnya pendidikan itu. Kedua, apakah tujuan pendidikan yang sejati. Ketiga, dengan metode atau cara apakah tujuan pendidikan dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA 
Koento Wibisono.1997. Dasar-Dasar Filsafat. Jakarta : Universitas Terbuka