Selasa, 27 Oktober 2015

SUNDA WIWITAN
Masyarakat Baduy atau Kanekes memiliki agama kepercayaan yaitu Sunda Wiwitan, meski ada beberapa masyarakat Baduy yang sudah memeluk agama Islam atau Buddha. Keberagaman dalam memeluk agama pada masyarakat Baduy merupakan bentuk ketaatan terhadap nilai-nilai dan pandangan hidup yang diturunkan nenek moyang. Agama apapun yang menjadi ajaran dalam masyarakat Baduy mengajarkan bahwa semua hal yang berkaitan dengan pola kehidupan mereka tidak boleh atau pantang untuk diubah.
Sunda Wiwitan sebagai ajaran masyarakat Baduy adalah bentuk penghormatan dan kepercayaan kepada satu kuasa yaitu Batara Tunggal. Orientasi, konsep-konsep dan kegiatan-kegiatan keagamaan ditujukan kepada pikukuh. Hal itu dilakukan agar manusia hidup menurut alur (filosofi di atas) dalam menyejahterakan kehidupan masyarakat Baduy. Gangguan terhadap inti bumi akan berakibat fatal bagi seluruh kehidupan manusia di dunia.
Konsep keagamaan dan adat yang penting menjadi inti pandangan hidup masyarakat Baduy yaitu lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung” (panjang tak boleh dipotong, pendek tak boleh disambung). Pandangan hidup tersebut merupakan pengejawantahan dari adat dan keagamaan yang ditentukan oleh intensitas pandangan hidup mengenai karya dan keagamaan. Dengan melaksanakan semua itu manusia akan dilindungi oleh kuasa tertinggi yaitu Batara Tunggal.
Kewajiban masyarakat Baduy untuk menjalankan ajaran kepercayaan Sunda Wiwitan diajarkan melalui puun sebagai pemimpin tertinggi masyarakat Baduy yang merupakan keturunan Karuhun. Kewajiban itu adalah memelihara Sasaka Pusaka Buana, memelihara Sasakan Domas atau parahyang, mengasuh dan memelihara para bangsawan/pejabat, bertapa bagi kesejahteraan dunia, berbakti kepada dewi padi dengan cara berpuasa pada upacara, memuja nenek moyan dan membuat laksa untuk bahan pokok seba.
Adapun nenek moyang orang Baduy terbagi pada dua kelompok yaitu nenek moyang yang berasal dari masa para batara dan masa puun. Gambaran Batara Tunggal terdapat dalam dua dimensi yaitu sebagai suatu kuasa yang kekuatannya yang tidak tampak tetapi berada di mana-mana, dan sebagai manusia biasa yang sakti. Dalam dimensi sebagai manusia sakti, Batara Tunggal mempunyai keturunan tujuh orang batara yang dikirimkan ke dunia di kabuyutan (tempat nenek-moyang), yaitu titik awal bumi Sasaka Pusaka Buana.
Mereka itu ialah Batara Cikal, yang diberitakan tidak ada keturunannya, Batara Patanjala yang menurunkan tujuh tingkat batara ketiga, yaitu (dari yang paling senior) Daleum Janggala, Daleum Lagondi, Daleum Putih Seda Hurip, Dalam Cinangka, Daleum Sorana, Nini Hujung Galuh, dan Batara Bungsu. Mereka itu yang menurunkan Bangsawan Sawidak Lima atau tujuh batara asal, nenek moyang orang Baduy. Daleum Janggala adalah batara yang tertua, dan yang menurunkan kerabat tangtu Cikeusing; Daleum Putih Seda Hurip menurunkan kerabat kampung Cibeo.
Para batara tingkat ketiga lain masing-masing menurunkan jenis kerabat pemimpin lainnya. Lima batara tingkat kedua, saudara-saudara muda Batara Pantajala, yaitu Batara Wisawara, Batara Wishnu, Batara Brahmana, Batara Hyang Niskala, dan Batara Mahadewa, menurunkan kelompok kerabat besar di luar Baduy yang disebut salawe nagara (dua puluh lima negara), yang menunjukkan jumlah kerabat yang besar, dan menurut pengetahuan orang Baduy adalah wilayah yang sangat luas di sebelah Sungai Cihaliwung (Garna 1988). Kelompok kerabat itulah yang dianggap orang Baduy keturunan yang lebih muda.
Dari ketujuh orang batara tingkat ketiga nenek-moyang orang Baduy itu tampak bahwa hanya kerabat jaro dangka yang berasal dari garis keturunan perempuan. Lainnya diturunkan melalui garis keturunan patrilineal. Para puun adalah keturunan Batara Patanjala, dan sampai masa akhir abad ke-19 oleh Jacobs dan maijer dicatat sudah terjadi 13 kali pergantian puun Sikeusik (1891: hlm. 13). Menurut catatan tahun 1988, jumlah puun Cikeusik adalah 24 orang, dan yang terakhir adalah Puun Sadi (Garna 1988).
  • Karuhun
Dalam Masyarakat Baduy, salah satu konsep penting dalam religi mereka yaitu karuhun, generasi-generasi pendahulu yang sudah meninggal. Mereka berkumpul di Sasaka Domas, yaitu tempat di hutan tua di hulu Sungai Ciujung. Karuhun dapat menjelma atau datang dalam bentuk asalnya menengok para keturunannya hutan kampung.
Dalam kaitan dengan konsep karuhun itu ada konsep lain, yaitu guriang, sanghyang, dan wangatua. Guriang dan sanghyang dianggap penjelmaan para karuhun untuk melindungi para keturunannya dari segala marabahaya, baik gangguan orang lain maupun mahluk-mahluk halus yang jahat (seperti dedemit, jurig, setan) wangatua ialah ruh atau penjelmaan ruh ibu bapak yang sudah meninggal dunia.
Kosmologi masyarakat Baduy yang menghubungkan asal mula dunia, karuhun dan posisi tangtu, merupakan konsep penting pula dalam religi mereka. Karena itu wilayah yang paling sakral ada di Kanekes, terutama wilayah taneuh larangan (tanah suci, tanah terlarang) tempat kampung tangtu dan kabuyutan. Bumi dianggap bermula dari masa yang kental dan bening, yang lama-kelamaan mengeras dan melebar. Titik awal terletak di pusat bumi, yaitu Sasaka Pusaka Buana tempat tujuh batara diturunkan untuk menyebarkan manusia.
Tempat itu juga merupakan tempat nenek moyang. Kampung tangtu kemudian dianggap sebagai inti kehidupan manusia, yang diungkapkan dengan sebutan Cikeusik, Pada Ageung Cikartawana disebut Kadukujang, dan Cikeusik disebut Parahyang, semua itu disebut Sanghyang Daleum. Secara khusus posisi tempat nenek moyang (kabuyutan) dan alur tangut dalam memperlihatkan kaitan karuhun, yaitu Pada Agueng ---- Sasaka Pusaka Buana ---- dangkanya disebut Padawaras; Kadukujang ---- Kabuyutan ikut pada Cibeo dan Cikeusik ---- dengan dangka-dangkanya yang disebut Sirah Dayeuh. Konsep buana (buana, dunia) bagi orang Baduy berkaitan dengan titik mula, perjalanan, dan tempat akhir kehidupan. Ada tiga buana, yaitu Buan Luhur atau Buana Nyungcung (angkasa, buana atas) yang luas tak terbatas, Buana Tengah atau Buana Panca Tengah, tempat manusia melakukan sebagian besar pengembaraannya dan tempat ia akan memperoleh segala suka-dukanya. Buana Handap (buana bawah) ialah bagian dalam tanah yang tak terbatas pada luasnya. Keadaan di tiga benua itu adalah seperti halnya dunia ini, ada siang dan ada malam, dan keadaannya sebaliknya dengan di dunia.
  • Batara Tunggal
Tuhan yang diimani oleh umat Sunda Wiwitan adalah Allah, sebagaimana terucapkan di dalam kalimat syahadat Baduy (Sam dkk., 1986: 62). Meskipun, mereka menyebut-Nya Batara Tunggal (Tuhan Yang Maha Esa), Batara Jagat (Penguasa Alam) dan Batara Seda Niskala (Yang Gaib). Mereka mempercayai Sang Hiyang Keresa (Yang Maha Kuasa) atau Nu Ngersakeun (Yang Menghendaki) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Tuhan Sunda Wiwitan bersemayam di Buana Nyungcung (Dunia Atas). Bahkan, diyakini bahwa semua dewa agama Hindu tunduk terhadap Batara Seda Niskala (Ekadjati, 1995:73). Mereka beriman kepada yang gaib, yang tidak bisa dilihat dengan mata, tetapi dapat diraba dengan hati. Nabi-nabi yang diimani secara eksplisit adalah Nabi Adam dan Nabi Muhammad. Mereka beriman kepada hidup, sakit, mati dan nasib adalah titipan. Umat Sunda Wiwitan menjalankan juga ritual ibadah sunah Rasul, yakni sunat atau khitan (Djoewisno, 1987: 28). Ritus sunat diyakini sebagai nyelamkeun, mengislamkan, bagi laki-laki pada umur 4-7 tahun dan perempuan. Dan, mereka tak lupa melaksanakan ritual ibadah puasa kawalu, lebaran. Puasa ini dilakukan hanya sehari pada bulan pertama, kedua dan ketiga dalam setahun sekali (Sam dkk., 1986:64).
Pengucapan nama Allah termaktub di dalam dua macam kalimat syahadat Baduy: Syahadat Baduy Dalam dan syahadat Baduy Luar. Pertama, kalimat syahadat Baduy Dalam, sebagai berikut:
Asyhadu syahadat Sunda (asyhadu syahadat Sunda jaman Allah ngan sorangan Allah hanya satu kaduanana Gusti Rosul kedua para Rasul ka tilu Nabi Muhammad ketiga Nabi Muhammad ka opat umat Muhammad keempat umat Muhammad nu cicing di bumi angaricing yang tinggal di dunia ramai nu calik di alam keueung”. yang duduk di alam takut ngacacang di alam mokaha menjelajah di alam nafsu salamet umat Muhammad” selamat umat Muhammad.

Wa asyhadu anna Muhammad da Rasulullah isun netepkeun ku ati yen taya deui Allah di dunya ieu iwal ti Pangeran Gusti Allah jeung taya deui iwal ti Nabi Muhammad utusan Allah”. Wa asyhadu anna Muhammad da Rasulullah aku menetapkan dalam hati bahwa tiada lagi Tuhan di dunia ini selain Pangeran Gusti Allah dan tiada lagi selain Nabi Muhammad utusan Allah).

Syahadat Baduy Dalam adalah syahadat Sunda Wiwitan yang disampaikan kepada puun, sebagaimana masa Islam awal syahadat Islam disampaikan kepada Nabi Muhammad. Sedangkan, syahadat Baduy Luar adalah syahadat Islam yang diucapkan ketika melangsungkan pernikahan secara Islami. Dikatakan oleh umat Sunda Wiwitan bahwa “kami mah ngan kabagean syahadatna wungkul, hente kabagean sholat”. Bahwa mereka hanya memperoleh syahadatnya saja, sedangkan rukun-rukun Islam lainnya tidak pernah diperoleh (Sam et al, 1986:62-63).
Kekuasaan Tuhan dipahami oleh umat Sunda Wiwitan sebagai pencipta alam semesta. Dalam mitos penciptaan Baduy dijelaskan bahwa “dunia pada waktu diciptakan masih kosong, kemudian Tuhan mengambil segenggam tanah dari bumi dan diciptakanlah Adam. Dari tulang rusuk Adam terciptalah Hawa. Tuhan juga menciptakan Batara Tujuh, yaitu: (1) Batara Tunggal, (2) Batara Ratu, (3) puun yang dititipkan di Kanekes (Cikeusik, Cikertawana, Cibeo), (4) Dalem, (5) Menak, (6) Putri Galuh dan (7) Nabi Muhammad yang diturunkan di Mekah. Batara Tujuh merupakan Sanghyang Tujuh yang bersemayam di Sasaka Domasi” (1986: 64). Dari mitos penciptaan ini, masyarakat Baduy menyakini bahwa manusia yang pertama kali diciptakan di bumi ini berada di Kanekes sebagai inti jagat, pancer bumi. Karena itu, mereka melaksanakan ritual ibadah pe-muja-an di Sasaka Domas sebagai penghormatan kepada roh karuhun, nenek moyang. Mereka menyakini juga agamanya adalah Sunda Wiwitan, bukan Hindu ataupun Islam.
Nabi Adam diyakini oleh umat Sunda Wiwitan sebagai simbol penciptaan manusia pertama yang berada di Sasaka Domas. Keyakinan seperti ini terdapat juga di dalam agama masyarakat Jawa yang masih menghormati raja-raja, nenek moyang, mereka. Ahimsa-Putra
(2006:345) menjelaskan bahwa antara Nabi Islam, Batara Hindu dan raja Jawa terdapat relasi genealogis.
Dapat dipahami bahwa Batara Tunggal yang dipercayai oleh umat Sunda Wiwitan adalah manusia biasa yang tidak pernah mati, akan tetapi jasad dan rohnya ngahiyang, sirna, dari dunia ini. Mereka menyakini juga bahwa Batara Tunggal-lah yang mengatur nasib dan kehidupan manusia di muka bumi ini. Begitu pun, Dalem dan Menak adalah karuhun, nenek moyang yang jasad dan rohnya ngahiyang, sirna. Sebab itu, diyakini bahwa Kanekes tidak akan hilang hingga saat ini, seiring terpeliharanya keturunan puun (Sam et al, 1986:62-63).
Secara formal-normatif, puun adalah pimpinan adat istiadat masyarakat Baduy. Untuk memimpin adat istiadat aspek spiritual puun dibantu oleh perangkat puun. Yaitu, baresan (dewan penasehat), tangkesan (peramal) dan girang seurat (pembantu pelaksana ritual). Selain puun diyakini sebagai pemimpin tertinggi adat, juga merupakan keturunan karuhun, nenek moyang, yang langsung mempresentasikannya di dunia. Para puun adalah orang-orang yang bertanggung jawab dan bertugas melestarikan kepercayaan warisan nenek moyang, pikukuh, supaya tidak terkena pengaruh proses perubahan sosial budaya dari luar (Permana, 2006:40).


Kamis, 22 Oktober 2015

MENGENAL MASJID AGUNG BANTEN SERTA GEOMETRI NYA

MENGENAL SEKITAR MASJID AGUNG BANTEN
1.      Sejarah Masjid Agung Banten
Banten merupakan salah satu kota pusat peradaban Islam di Pulau Jawa. Banten memiliki berbagai bangunan masjid sebagai karya sepanjang masa. Kompleks Masjid Agung Banten tergabung dengan bangunan lain, seperti menara, makam, tiyamah, kolam dan istiwa.
Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesiayang penuh dengan nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Masjid ini dikenali dari bentuk menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar.
Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin(1552-1570), sultan pertama dariKesultanan Banten. Ia adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati.
Masjid Agung Banten terletak di Desa Banten Lama, tepatnya di desa Banten, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Akses ke lokasi dapat dituju dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Dari terminal Terminal Pakupatan, Serang menggunakan bis jurusan Banten Lama atau mencarter mobil angkutan kota menuju lokasi selama lebih kurang setengah jam.
2.      Arsitektur Masjid Agung Banten
Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China yang juga merupakan karya arsitek Cina yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.
Di masjid ini juga terdapat kompleks pemakaman sultan-sultan Banten serta keluarganya, yaitu makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya.
Masjid Agung Banten juga memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti Masjid ini. Paviliun dua lantai ini dinamakan Tiyamah. Berbentuk persegi panjang dengan gayaarsitektur Belanda kuno, bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel.
Masjid ini memiliki beberapa bagian istimewa. Pawestren merupakan bangunan khusus untuk wanita. Pawestren dibuat pada masa pemerintahan Maulana Muhammad (1580-1586). Pada serambi selatan masjid dijadikan pemakaman yang memuat 15 makam dengan letak yang tidak beraturan. Serambi timur masjid ini, merupakan tempat yang paling luas. Serambi timur dibangun pada masa Maulana Yusuf (1570-1580). Atap serambi timur terpisah dengan bangunan utama berbentuk limasan dengan dua tingkat, sedangkan serambi sebelah barat dan utara berada di bawah naungan atap bangunan utama.
Jumlah atap tumpang masjid ini juga menjadi bagian yang menarik. Peta tahun 1596, 1624, lukisan tahun 1661 dan peta tahun 1726 menggambarkan atap masjid yang tidak lebih dari tiga tingkat (De Graaf, 1686). Namun, Valentjin (1858) menyebutkan bahwa masjid Agung Banten bertingkat lima sesuai dengan yang terlihat hingga saat ini. Masjid yang bertingkat lima biasanya masjid kerajaan. Perdebatan mengenai hal tersebut masih terus berlanjut hingga sekarang.
Bangunan lain yang terdapat dalam kompleks Masjid Agung Banten adalah menara. Tinggi menara ini 23 m dari permukaan tanah. Bagian dasar menara berbentuk berbentuk segi delapan seperti bagian tubuhnya. Pada bagian atas pintu terdapat ornamen mirip peluru. Beberapa ahli berpendapat, pintu masuk menara dianalogikan dengan pintu masuk candi Hindu-Budha. Puncak menara terdapat memolo atau mustaka, dibuat dari tanah liat bakar menyerupai bunga yang sedang mekar. Pengunjung yang ingin naik hingga atas menara, dapat melalui lorong tangga melingkar.
Bagian sisi timur halaman Masjid Agung Banten terdapatistiwa, alat penunjuk waktu shalat yang menggunakan bantuan sinar matahari. Di sebelah selatan istiwa terdapat penggalan konstruksi tugu berbentuk trapesium (Herrystiadi, 1990:196). Terdapat bangunan yang disebut Tiyamah di sisi selatan Masjid Agung Banten. Bangunan ini pada masanya digunakan sebagai tempat pertemuan ketika membahas masalah keagamaan dan kehidupan sosial. Tiyamah dibangun oleh Hendrick Lucas Cardeel, seorang Belanda beragama Islam dan diberi gelar Pangeran Wiraguna.
Masjid agung banten merupakan bagian dari kesatuan integral ibukota kerajaan islam banten. Masjid ini merupakan sebuah kompleks bangunan yang terletak disebelah barat alun-alun kota kerajaan, terdri dari bangunan utama, tiamah, menara dan pemakaman. Bangunan utama masjid agung banten ini didirikan pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin (1552-1570), raja pertama yang memerintah di kesultanan Banten. Bangunan utama masjid memiliki rancang bangun tradisional, merupakan inti atau daerah sakral dari kompleks masjid seperti bangunan masjid kuno lainnya, bangunan masjid agung banten memiliki ciri-ciri sebagai masjid kuno jawa.
Disebelah selatan bangunan utama terdapat bangunan tiamah, bangunan ini bergaya arsitektur Belanda kuno yang memadukan anasir-anasir lokal. Tiamah dibangun pada masa pemerintahan Sultan Haji (1672-1687) dan dalam tradisi tutur, tiamah dibuat oleh Hendrik Lucas Zoon Cardeel, fungsinya sebagai tempat bermusyarawah dan diskusi-diskusi agama islam dan diduga dulu juga pernah dipakai sebagai sekolah islam atau pesantren. Fungsi ini nampaknya sesuai dengan struktur ruang didalam tiamah yang menyerupai ruang kelas. Fungsi tersebut sekiranya tidak berlebihan mengingat Banten pada masa lalu pernah menjadi pusat kerajaan dan penyebaran agama islam di pulau Jawa bagian barat dengan ulama-ulama besar yang pernah hidup pada masa itu.
3.      Hasil Observasi
Pada atap Masjid Agung Banten, apabila dikaitkan dengan materi geometri ruang dapat disimpulkan bahwa terdapat bentuk limas segitiga pada tiga atap pertama.

Sementara untuk tiang-tiang yang ada di Masjid tersebut, keseluruhannya berbentuk segi delapan yang berpondasi kubus dan memiliki ornamen yang istimewa.

Lain halnya dengan bentuk pintu masuk dari Masjid tersebut, yaitu berbentuk setengah elips.

Di sebelah pintu masuk Masjid, terdapat beberapa hiasan salah satunya hiasan bermotif segitiga.

Rabu, 21 Oktober 2015

Idealisme Pendidikan

Aliran idealisme terbukti cukup banyak  berpengaruh dalam dunia pendidikan. William T. Harris adalah salah satu tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Idealisme terpusat tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar kebutuhan alam semata.
 Bagi aliran idealisme, peserta didik merupakan pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual. Sejak idealisme sebagai aliran filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan filsafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat tapi idealisme. Maka tujuan pendidikan menurut aliran idealisme terbagi atas tiga hal, tujuan untuk individual, masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Guru dalam sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai :
a)                  Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan wahana atau fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam mengenal dunianya lewat materi-materi dalam aktifitas pembelajaran. Untuk itu, penting bagi guru memahami kondisi peserta didik dari berbagai sudut, baik mental, fisik, tingkat kecerdasan dan lain sebagainya.
b)               Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya, seorang guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada anak didik.
c)             Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran, baik dari segi materi dan yang lainnya.
d)               Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter dan kewibawaan yang berbeda dengan guru yang lain.
e)               Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan anak didik.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar pengetahuan dan pengalamannya aktual. Sedangkan implikasi Aliran Idealisme dalam Pendidikan yaitu :
a.             Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
b.        Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
c.            Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
d.                 Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya.
e.           Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam.
Implementasi Idealisme dalam Pendidikan:
a.               Pendidikan bukan hanya mengembangkan dan menumbuhkan, tetapi juga harus menuju pada tujuan yaitu dimana nilai telah direalisasikan ke dalam bentuk yang kekal dan tak terbatas.
b.                  Pendidikan adalah proses melatih pikiran, ingatan, perasaan. Baik untuk memahami realita, nilai-nilai, kebenaran, maupun sebagai warisan sosial.
c.               Tujuan pendidikan adalah menjaga keunggulan kultural, sosial dan spiritual.Memperkenalkan suatu spirit intelektual guna membangun masyarakat yang ideal.
d.                 Pendidikan idealisme berusaha agar seseorang dapat mencapai nilai-nilai dan ide-ide yang diperlukan oleh semua manusia secara bersama-sama.
e.                  Tujuan pendidikan idealisme adalah ketepatan mutlak. Untuk itu, kurikulum seyogyanya bersifat tetap dan tidak menerima perkembangan.
f.                   Peranan pendidik menurut aliran ini adalah memenuhi akal peserta didik dengan hakekat-hakekat dan pengetahuan yang tepat. Dengan kata lain, guru harus menyiapkan situasi dan kondisi yang kondusif untuk mendidik anak didik, serta lingkungan yang ideal bagi perkembangan mereka, kemudian membimbing mereka dengan kasih sayang dan dengan ide-ide yang dipelajarinya hingga sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya.

Selasa, 20 Oktober 2015

Kajian Ontologis : Dahulu dan Masa Kini



PENDAHULUAN
Tasikardi. Saat ini Danau Tasikardi dijadikan obyek wisata dan termasuk salah satu tempat bersejarah Kawasan Wisata Banten Lama yang cukup ramai dikunjungi wisatawan, terutama pada hari libur. Sejumlah hotel telah memasukkan kawasan wisata ini dalam paket wisatanya.
ISI
Menurut sejarahnya, Danau Tasikardi merupakan tempat pemandian para puteri kerajaan. Nama Tasikardi sendiri berasal gabungan kata dari bahasa Sunda yang artinya danau buatan. Danau ini dibuat pada masa pemerintahan Panembahan Sultan Maulana Yusuf (1570-1580 M), putra Sultan Maulana Hasanuddin, sultan pertama Kerajaan Banten. Pada awalnya, tempat peristirahatan yang dibangun di tengah pulau diperuntukan bagi ibunda sultan untuk tafakur, lalu berkembang menjadi tempat penerimaan tamu-tamu negara. Yang tersisa saat ini hanya pondasinya saja, yaitu bangunan turap yang mengelilingi pulau berukuran 40 meter x 40 meter dengan ketinggian 2-3 meter.

Konon, danau yang luasnya mencapai 5 hektar bagian dasarnya dilapisi dengan ubin batu bata. Pada masa itu, danau buatan ini, dulunya merupakan tempat peristirahatan sultan-sultan Banten bersama keluarganya.
Selain itu, danau yang dikenal dengan Situ Tasikardi berfungsi menampung air dari Sungai Cibanten untuk mengairi areal persawahan dan memenuhi pasokan air bagi keluarga keraton dan masyarakat sekitarnya.

Air Danau Tasikardi dialirkan ke Keraton Surosowon melalui pipa-pipa yang terbuat dari tanah liat berdiameter 2-40 sentimeter. Sebelum air digunakan, terlebih dulu diendapkan di pengindelan abang (penyaringan merah), pengindelan putih (penyaringan putih), dan pengindelan emas (penyaringan emas).

Makanya, danau ini dikenal juga sebagai pusat peradaban zaman keemasan Kesultanan Banten. Karena waktu itu saja, seperti sudah menggunakan teknologi modern.

Mengunjungi Danau Tasikardi yang konon airnya tidak pernah kering dan meluap ini terbilang istimewa. Karena dengan mengunjungi danau tersebut, berarti wisatawan telah mengunjungi situs sejarah sekaligus obyek wisata yang mempesona yang jarang ditemui di tempat lain.

Sebagai situs sejarah, keberadaan danau ini adalah bukti kegemilangan peradaban Kesultanan Banten masa lalu. Untuk ukuran saat itu, membuat waduk atau danau buatan untuk mengairi areal pertanian dan memenuhi kebutuhan pasokan air bagi penduduk merupakan terobosan yang cemerlang.

Namun pada saat ini danau tasikardi sudah tidak seperti dahulu, sekarang danau terdapat sampah bekas makan minuman pengunjung, dan para pedagang yang semerawut yang tidak teratur jualan dimana saja. Dan fasilitas masjid yang kurang memadai untuk pengunjung yang datang. Seharusnya pemerintah dan pengelola dapat memfasilitasi tempat ibadah dengan yang lebih daripada itu, agar pengunjung yang datang dapat beribadah shalat dengan khusyu dan nyaman.

Senin, 19 Oktober 2015

SUNDA WIWITAN


Masyarakat Baduy atau Kanekes memiliki agama kepercayaan yaitu Sunda Wiwitan, meski ada beberapa masyarakat Baduy yang sudah memeluk agama Islam atau Buddha. Keberagaman dalam memeluk agama pada masyarakat Baduy merupakan bentuk ketaatan terhadap nilai-nilai dan pandangan hidup yang diturunkan nenek moyang. Agama apapun yang menjadi ajaran dalam masyarakat Baduy mengajarkan bahwa semua hal yang berkaitan dengan pola kehidupan mereka tidak boleh atau pantang untuk diubah.
Sunda Wiwitan sebagai ajaran masyarakat Baduy adalah bentuk penghormatan dan kepercayaan kepada satu kuasa yaitu Batara Tunggal. Orientasi, konsep-konsep dan kegiatan-kegiatan keagamaan ditujukan kepada pikukuh. Hal itu dilakukan agar manusia hidup menurut alur (filosofi di atas) dalam menyejahterakan kehidupan masyarakat Baduy. Gangguan terhadap inti bumi akan berakibat fatal bagi seluruh kehidupan manusia di dunia.
Konsep keagamaan dan adat yang penting menjadi inti pandangan hidup masyarakat Baduy yaitu lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung” (panjang tak boleh dipotong, pendek tak boleh disambung). Pandangan hidup tersebut merupakan pengejawantahan dari adat dan keagamaan yang ditentukan oleh intensitas pandangan hidup mengenai karya dan keagamaan. Dengan melaksanakan semua itu manusia akan dilindungi oleh kuasa tertinggi yaitu Batara Tunggal.
Kewajiban masyarakat Baduy untuk menjalankan ajaran kepercayaan Sunda Wiwitan diajarkan melalui puun sebagai pemimpin tertinggi masyarakat Baduy yang merupakan keturunan Karuhun. Kewajiban itu adalah memelihara Sasaka Pusaka Buana, memelihara Sasakan Domas atau parahyang, mengasuh dan memelihara para bangsawan/pejabat, bertapa bagi kesejahteraan dunia, berbakti kepada dewi padi dengan cara berpuasa pada upacara, memuja nenek moyan dan membuat laksa untuk bahan pokok seba.
Adapun nenek moyang orang Baduy terbagi pada dua kelompok yaitu nenek moyang yang berasal dari masa para batara dan masa puun. Gambaran Batara Tunggal terdapat dalam dua dimensi yaitu sebagai suatu kuasa yang kekuatannya yang tidak tampak tetapi berada di mana-mana, dan sebagai manusia biasa yang sakti. Dalam dimensi sebagai manusia sakti, Batara Tunggal mempunyai keturunan tujuh orang batara yang dikirimkan ke dunia di kabuyutan (tempat nenek-moyang), yaitu titik awal bumi Sasaka Pusaka Buana.
Mereka itu ialah Batara Cikal, yang diberitakan tidak ada keturunannya, Batara Patanjala yang menurunkan tujuh tingkat batara ketiga, yaitu (dari yang paling senior) Daleum Janggala, Daleum Lagondi, Daleum Putih Seda Hurip, Dalam Cinangka, Daleum Sorana, Nini Hujung Galuh, dan Batara Bungsu. Mereka itu yang menurunkan Bangsawan Sawidak Lima atau tujuh batara asal, nenek moyang orang Baduy. Daleum Janggala adalah batara yang tertua, dan yang menurunkan kerabat tangtu Cikeusing; Daleum Putih Seda Hurip menurunkan kerabat kampung Cibeo.
Para batara tingkat ketiga lain masing-masing menurunkan jenis kerabat pemimpin lainnya. Lima batara tingkat kedua, saudara-saudara muda Batara Pantajala, yaitu Batara Wisawara, Batara Wishnu, Batara Brahmana, Batara Hyang Niskala, dan Batara Mahadewa, menurunkan kelompok kerabat besar di luar Baduy yang disebut salawe nagara (dua puluh lima negara), yang menunjukkan jumlah kerabat yang besar, dan menurut pengetahuan orang Baduy adalah wilayah yang sangat luas di sebelah Sungai Cihaliwung (Garna 1988). Kelompok kerabat itulah yang dianggap orang Baduy keturunan yang lebih muda.
Dari ketujuh orang batara tingkat ketiga nenek-moyang orang Baduy itu tampak bahwa hanya kerabat jaro dangka yang berasal dari garis keturunan perempuan. Lainnya diturunkan melalui garis keturunan patrilineal. Para puun adalah keturunan Batara Patanjala, dan sampai masa akhir abad ke-19 oleh Jacobs dan maijer dicatat sudah terjadi 13 kali pergantian puun Sikeusik (1891: hlm. 13). Menurut catatan tahun 1988, jumlah puun Cikeusik adalah 24 orang, dan yang terakhir adalah Puun Sadi (Garna 1988).
  • Karuhun
Dalam Masyarakat Baduy, salah satu konsep penting dalam religi mereka yaitu karuhun, generasi-generasi pendahulu yang sudah meninggal. Mereka berkumpul di Sasaka Domas, yaitu tempat di hutan tua di hulu Sungai Ciujung. Karuhun dapat menjelma atau datang dalam bentuk asalnya menengok para keturunannya hutan kampung.
Dalam kaitan dengan konsep karuhun itu ada konsep lain, yaitu guriang, sanghyang, dan wangatua. Guriang dan sanghyang dianggap penjelmaan para karuhun untuk melindungi para keturunannya dari segala marabahaya, baik gangguan orang lain maupun mahluk-mahluk halus yang jahat (seperti dedemit, jurig, setan) wangatua ialah ruh atau penjelmaan ruh ibu bapak yang sudah meninggal dunia.
Kosmologi masyarakat Baduy yang menghubungkan asal mula dunia, karuhun dan posisi tangtu, merupakan konsep penting pula dalam religi mereka. Karena itu wilayah yang paling sakral ada di Kanekes, terutama wilayah taneuh larangan (tanah suci, tanah terlarang) tempat kampung tangtu dan kabuyutan. Bumi dianggap bermula dari masa yang kental dan bening, yang lama-kelamaan mengeras dan melebar. Titik awal terletak di pusat bumi, yaitu Sasaka Pusaka Buana tempat tujuh batara diturunkan untuk menyebarkan manusia.
Tempat itu juga merupakan tempat nenek moyang. Kampung tangtu kemudian dianggap sebagai inti kehidupan manusia, yang diungkapkan dengan sebutan Cikeusik, Pada Ageung Cikartawana disebut Kadukujang, dan Cikeusik disebut Parahyang, semua itu disebut Sanghyang Daleum. Secara khusus posisi tempat nenek moyang (kabuyutan) dan alur tangut dalam memperlihatkan kaitan karuhun, yaitu Pada Agueng ---- Sasaka Pusaka Buana ---- dangkanya disebut Padawaras; Kadukujang ---- Kabuyutan ikut pada Cibeo dan Cikeusik ---- dengan dangka-dangkanya yang disebut Sirah Dayeuh. Konsep buana (buana, dunia) bagi orang Baduy berkaitan dengan titik mula, perjalanan, dan tempat akhir kehidupan. Ada tiga buana, yaitu Buan Luhur atau Buana Nyungcung (angkasa, buana atas) yang luas tak terbatas, Buana Tengah atau Buana Panca Tengah, tempat manusia melakukan sebagian besar pengembaraannya dan tempat ia akan memperoleh segala suka-dukanya. Buana Handap (buana bawah) ialah bagian dalam tanah yang tak terbatas pada luasnya. Keadaan di tiga benua itu adalah seperti halnya dunia ini, ada siang dan ada malam, dan keadaannya sebaliknya dengan di dunia.
  • Batara Tunggal
Tuhan yang diimani oleh umat Sunda Wiwitan adalah Allah, sebagaimana terucapkan di dalam kalimat syahadat Baduy (Sam dkk., 1986: 62). Meskipun, mereka menyebut-Nya Batara Tunggal (Tuhan Yang Maha Esa), Batara Jagat (Penguasa Alam) dan Batara Seda Niskala (Yang Gaib). Mereka mempercayai Sang Hiyang Keresa (Yang Maha Kuasa) atau Nu Ngersakeun (Yang Menghendaki) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Tuhan Sunda Wiwitan bersemayam di Buana Nyungcung (Dunia Atas). Bahkan, diyakini bahwa semua dewa agama Hindu tunduk terhadap Batara Seda Niskala (Ekadjati, 1995:73). Mereka beriman kepada yang gaib, yang tidak bisa dilihat dengan mata, tetapi dapat diraba dengan hati. Nabi-nabi yang diimani secara eksplisit adalah Nabi Adam dan Nabi Muhammad. Mereka beriman kepada hidup, sakit, mati dan nasib adalah titipan. Umat Sunda Wiwitan menjalankan juga ritual ibadah sunah Rasul, yakni sunat atau khitan (Djoewisno, 1987: 28). Ritus sunat diyakini sebagai nyelamkeun, mengislamkan, bagi laki-laki pada umur 4-7 tahun dan perempuan. Dan, mereka tak lupa melaksanakan ritual ibadah puasa kawalu, lebaran. Puasa ini dilakukan hanya sehari pada bulan pertama, kedua dan ketiga dalam setahun sekali (Sam dkk., 1986:64).
Pengucapan nama Allah termaktub di dalam dua macam kalimat syahadat Baduy: Syahadat Baduy Dalam dan syahadat Baduy Luar. Pertama, kalimat syahadat Baduy Dalam, sebagai berikut:
Asyhadu syahadat Sunda (asyhadu syahadat Sunda jaman Allah ngan sorangan Allah hanya satu kaduanana Gusti Rosul kedua para Rasul ka tilu Nabi Muhammad ketiga Nabi Muhammad ka opat umat Muhammad keempat umat Muhammad nu cicing di bumi angaricing yang tinggal di dunia ramai nu calik di alam keueung”. yang duduk di alam takut ngacacang di alam mokaha menjelajah di alam nafsu salamet umat Muhammad” selamat umat Muhammad.

Wa asyhadu anna Muhammad da Rasulullah isun netepkeun ku ati yen taya deui Allah di dunya ieu iwal ti Pangeran Gusti Allah jeung taya deui iwal ti Nabi Muhammad utusan Allah”. Wa asyhadu anna Muhammad da Rasulullah aku menetapkan dalam hati bahwa tiada lagi Tuhan di dunia ini selain Pangeran Gusti Allah dan tiada lagi selain Nabi Muhammad utusan Allah).

Syahadat Baduy Dalam adalah syahadat Sunda Wiwitan yang disampaikan kepada puun, sebagaimana masa Islam awal syahadat Islam disampaikan kepada Nabi Muhammad. Sedangkan, syahadat Baduy Luar adalah syahadat Islam yang diucapkan ketika melangsungkan pernikahan secara Islami. Dikatakan oleh umat Sunda Wiwitan bahwa “kami mah ngan kabagean syahadatna wungkul, hente kabagean sholat”. Bahwa mereka hanya memperoleh syahadatnya saja, sedangkan rukun-rukun Islam lainnya tidak pernah diperoleh (Sam et al, 1986:62-63).
Kekuasaan Tuhan dipahami oleh umat Sunda Wiwitan sebagai pencipta alam semesta. Dalam mitos penciptaan Baduy dijelaskan bahwa “dunia pada waktu diciptakan masih kosong, kemudian Tuhan mengambil segenggam tanah dari bumi dan diciptakanlah Adam. Dari tulang rusuk Adam terciptalah Hawa. Tuhan juga menciptakan Batara Tujuh, yaitu: (1) Batara Tunggal, (2) Batara Ratu, (3) puun yang dititipkan di Kanekes (Cikeusik, Cikertawana, Cibeo), (4) Dalem, (5) Menak, (6) Putri Galuh dan (7) Nabi Muhammad yang diturunkan di Mekah. Batara Tujuh merupakan Sanghyang Tujuh yang bersemayam di Sasaka Domasi” (1986: 64). Dari mitos penciptaan ini, masyarakat Baduy menyakini bahwa manusia yang pertama kali diciptakan di bumi ini berada di Kanekes sebagai inti jagat, pancer bumi. Karena itu, mereka melaksanakan ritual ibadah pe-muja-an di Sasaka Domas sebagai penghormatan kepada roh karuhun, nenek moyang. Mereka menyakini juga agamanya adalah Sunda Wiwitan, bukan Hindu ataupun Islam.
Nabi Adam diyakini oleh umat Sunda Wiwitan sebagai simbol penciptaan manusia pertama yang berada di Sasaka Domas. Keyakinan seperti ini terdapat juga di dalam agama masyarakat Jawa yang masih menghormati raja-raja, nenek moyang, mereka. Ahimsa-Putra
(2006:345) menjelaskan bahwa antara Nabi Islam, Batara Hindu dan raja Jawa terdapat relasi genealogis.
Dapat dipahami bahwa Batara Tunggal yang dipercayai oleh umat Sunda Wiwitan adalah manusia biasa yang tidak pernah mati, akan tetapi jasad dan rohnya ngahiyang, sirna, dari dunia ini. Mereka menyakini juga bahwa Batara Tunggal-lah yang mengatur nasib dan kehidupan manusia di muka bumi ini. Begitu pun, Dalem dan Menak adalah karuhun, nenek moyang yang jasad dan rohnya ngahiyang, sirna. Sebab itu, diyakini bahwa Kanekes tidak akan hilang hingga saat ini, seiring terpeliharanya keturunan puun (Sam et al, 1986:62-63).
Secara formal-normatif, puun adalah pimpinan adat istiadat masyarakat Baduy. Untuk memimpin adat istiadat aspek spiritual puun dibantu oleh perangkat puun. Yaitu, baresan (dewan penasehat), tangkesan (peramal) dan girang seurat (pembantu pelaksana ritual). Selain puun diyakini sebagai pemimpin tertinggi adat, juga merupakan keturunan karuhun, nenek moyang, yang langsung mempresentasikannya di dunia. Para puun adalah orang-orang yang bertanggung jawab dan bertugas melestarikan kepercayaan warisan nenek moyang, pikukuh, supaya tidak terkena pengaruh proses perubahan sosial budaya dari luar (Permana, 2006:40).


Sabtu, 17 Oktober 2015

KAJIAN TEMATIK FILSAFAT

PENDAHULUAN

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Ilmu atau sains merupakan komponen terbesar yang diajarkan dalam semua strata pendidikan. Walaupun telah bertahun-tahun mempelajari ilmu, pengetahuan ilmiah tidak digunakan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu dianggap sebagai hafalan saja, bukan sebagai pengetahuan yang mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan gejala alam untuk kesejahteraan dan kenyamanan hidup.
Dr. Omar Muhammad al-Taumy al-Syaibani mengemukakan pentingnya penentuan suatu falsafat bagi pendidikan sebagai berikut, Filsafat pendidikan itu dapat menolong perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakan pendidikan dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran yang sehat terhadap proses pendidikan. Di samping itu dapat menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsi-fungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan; Filsafat pendidikan dapat membentuk azas yang khas menyangkut kurikulum, metode, alat-alat pengajaran, dan lain-lain.
Filsafat pendidikan menjadi azas terbaik untuk mengadakan penilaian pendidikan dalam arti menyeluruh. Penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah
dan institusi-institusi pendidikan.
Filsafat pendidikan dapat menjadi sandaran intelektual bagi para pendidik untuk membela tindakan-tindakan mereka dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini juga sekaligus untuk membimbing pikiran mereka di tengah kancah pertarungan filsafat umum yang mengusasi dunia pendidikan. Filsafat pendidikan positivisme akan membantu guru sebagai pendidik untuk pendalaman pikiran bagi penyusunan kurikulum dan pembelajaran serta pendidikan siswanya di sekolah dan mengaitkannya dengan factor-faktor spiritual, social, ekonomi, budaya dan lain-lain, dalam berbagai bidang kehidupan untuk menciptakan insane yang sempurna baik lahir maupun batinnya,



KAJIAN TEMATIK FILSAFAT

Dalam pendekatan tematik, filsafat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu ontologi (metafisika), epistemologi, dan aksiologi.

1.    ontologi/metafisika : bidang filsafat yang mempelajari segala sesuatu, baik yang tampak secara fisik (fenomena) atau sesuatu yang berada di balik realitas (noumena). Dalam kajian filsafat, segala sesuatu itu dikenal dengan "ada" (things). Dalam bidang ini termasuk juga filsafat manusia, filsafat alam, dan filsafat ketuhanan.
Ontologi secara ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.
Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika. Mengapa ontologi terkait dengan metafisika? Ontologi membahas hakikat yang “ada”, metafisika menjawab pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya? Pada suatu pembahasan, metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain, ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu, metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait. Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini. Terdapat Beberapa penafsiran yang diberikan manusia mengenai alam ini.

2.    epistemologi : bidang filsafat yang mempelajari bagaimana cara manusia mengetahui sesuatu atau "ada" tersebut. Beberapa bidang yang termasuk ke dalam epistemologi adalah filsafat ilmu, metodologi, dan logika.
Epistemologi yang lebih jelas diungkapkan Dagobert D.Runes. Dia menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan
Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan, membedakan cabang-cabangnya yang pokok, mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya. “Apa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahui” adalah masalah-masalah sentral epistemologi, tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat. Pandangan yang lebih ekstrim lagi menurut Kelompok Wina, bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat, melainkan termasuk dalam kajian psikologi. Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia, the workings of human mind.
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu—suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu—dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Epistemologi dalam ilmu filsafat akan terus mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologies.

3.      aksiologi      : bidang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai.
Misalnya, sejauh manakah nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan tersebut. Bagian dari aksiologi adalah etika dan estetika.
Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika dimana makna etika memiliki dua arti yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan, tingkah laku, atau yang lainnya. Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.

Cabang-cabang ilmu filsafat ini berkembang seiring dengan perkembangan pemikiran filsafat. Misalnya, logika dikembangkan oleh Aristoteles. Sementara itu, epistemologi dikembangkan oleh I mmanuel Kant ketika ia mempertanyakan sejauh mana akal dapat mengetahui tentang yang ada dan sejauh mana akal memiliki kevalidan ketika mempersepsi sesuatu.
Dari bidang ontologi, akan kita kenal pandangan materialisme Karl Marx berdasarkan pada pemikirannya bahwa segala sesuatu yang ada ini bersifat materi. Dapat dikatakan bahwa Karl Marx menolak kajian metafisika dan lebih mengakui ontologi. Sebagai catatan, kecenderungan penolakan terhadap metafisika ini sebenarnya memang berkembang pesat pada era filsafat modern.
Dari bidang epistemologi, akan kita ketahui paham-paham seperti rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme memandang bahwa sumber ilmu pengetahuan itu berasal dari akal, sedangkan empirisme memandang sumber ilmu pengetahuan itu berasal dari pengalaman. Berikut ini diberikan penjelasan tentang pengalaman, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan.

Ciri-ciri Pengalaman, Pengetahuan, dan llmu Pengetahuan:
·      Pengalaman:
-  Berhubungan dengan realitas yang dialami manusia lewat pancaindra Pengalaman bersifat sangat subjektif, karena :
Objek tetap, subjek berbeda Objek berubah, subjek tetap Objek berubah, subjek berbeda
·      Pengetahuan:
-   Adanya "sensation" (kesadaran, peristiwa mental) setelah mengindra realitas (pembeda dengan hewan)
-   Proses mental yang melalui akal budi (berpikir) menjadikan pengalaman menjadi pengetahuan. (contoh: ilmu tentang kerokan, obat kumis kucing)
-                
·      Ilmu pengetahuan:
-  Pengalaman (pengetahuan) yang telah diolah secara kritis lewat akal budi menjadi ilmu pengetahuan karena memiliki:
(1) paradigma
(2)  teori
(3)  metodologi

Dalam bidang teori pengetahuan, terdapat tiga cara pandangan yang dominan dalam bidang filsafat. Ketiga cara pandang tersebut adalah rasionalisme, empirisme, dan kritisisme. Berikut ini dijelaskan ketiga pandangan tersebut serta ciri-cirinya.
Rasionalisme
-  Rasionalisme dicetuskan oleh Rene Descartes (1596-1650), seorang filsuf dari Peran
-  Menurut Descartes, rasio adalah satu-satunya sumber pengetahuan
-  Kesan-kesan indrawi dianggap sebagai ilusi yang hanya diatasi oleh kemampuan yang dimiliki rasio
-  Pemikiran Descartes yang terkenal adalah cogito ergosum "saya berpikir, karena itu saya ada"
-  Mengunakan upaya ilmiah dengan "metode skeptis"
-  Rasionalisme memiliki dampak penting bagi ilmu pengetahuan karena menjadi dasar berpikir logis dan munculnya sistem pemikiran yang menitikberatkan pada akal.
-  Dalam penelitian menggunakan metode deduksi
Empirisme
-  Empirisme adalah paham pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya didapatkan dari pengalaman empiris, bukan semata-mata dari rasio
-  Filosof-filosof inggris memiliki paham empirisme, diantaranya David Hume (1711-1776), john Locke (1632-1704), dan Goerge Berkeley (1685-1753)
-  Francis Bacon mengatakan empirisme adalah pengamatan- pengamatan partikular lalu membentuk kesimpulan umum
-  John Locke menganggap bahwa rasio manusia mula-mula harus dianggap "as a white paper" yang artinya pada saat lahir manusia belum memiliki pengetahuan apa-apa
-  Dalam penelitian menggunakan metode induksi
kritisisme
-  Aliran ini diperkenalkan oleh I mmanuel Kant (1724-1804)
-  Aliran ini merupakan sintesis antara rasionalisme dan empirisme
-  Menurut I mmanuel Kant, rasio dan Empiri adalah sama-sama sumber pengetahuan, yaitu kesan-kesan empiri dikonstruksikan oleh rasio melalui kategori-kategori sehingga menjadi pengetahuan