sejarah filsafat berdasarkan kurun waktu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak
bisa dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu
ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan
ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai
periodesasi sejarah perkembangan ilmu sejak dari zaman klasik, zaman
pertengahan, zaman modern dan zaman kontemporer.
Begitu pula dengan filsafat, dalam perkmbangannya
filsafat dibagi menjadi 4 babakan yakni Filsafat klasik meliputi filsafat
Yunani dan Romawi pada abad ke-6 SM dan berakhir pada 529 M dominasi oleh
rasionalisme. Filsafat abad pertengahan meliputi pemikiran
Boethius sampai Nicolaus pada abad ke-6 M dan berakhir pada abad ke-15 M
didominasi dengan doktrin-doktrin agama Kristen. Filsafat modern dan filsafat
kontemporer yang didominasi kritik terhadap filsafat modern.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana perkembangan filsafat ilmu pada zaman
klasik?
2.
Bagaimana perkembangan filsafat ilmu pada abad
pertengahan?
3.
Bagaimana perkembangan filsafat ilmu pada zaman modern?
4.
Bagaimana perkembangan filsafat ilmu pada zaman
kontemporer?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui perkembangan filsafat ilmu pada
zaman klasik
2.
Untuk mengetahui perkembangan filsafat ilmu pada
abad pertengahan
3.
Untuk mengetahui perkembangan filsafat ilmu pada
zaman modern
4.
Untuk mengetahui perkembangan filsafat ilmu pada
zaman kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Filsafat Ilmu Pada Zaman Klasik
2.1.1 Ionia Tempat
Lahirnya Filsafat Barat
Tempat
filsafat yunani adalah asia kecil, dan filsuf-filsuf pertama yunani berasal
dari Ionia. Herodotus berpendapat bahwa agama dan kebudayaan Yunani berasal dari Mesir. Menurut Coppleston
sulitlah untuk menjelaskan bahwa para saudagar Mesir mengekspor pemikiran Mesir
ke Yunani. Dan menurut Burnet, Mesir tidak memiliki filsafat, sebab itu
pendapat bahwa filsafat Yunani berasal dari Mesir sulit diterima. Jadi,
filsafat yunani berasal dari yunani sendiri yakni Ionia.
Tapi
kenyataan bahwa filsafat yunani berkaitan erat dengan matematika. Coppleston berpendapat Memang ada kemungkinan besar bahwa matematika
yunani dipengaruhi Mesir dan astronomi Yunani dipengaruhi Babylon, sebab ilmu
pengetahuan dan filsafat Yunani mulai berkembang di daerah yang merupakan
pertemuan barat dan timur. Tapi tidak tepat kalau dikatakan bahwa matematika
ilmiah
Matematika
Mesir terdiri dari metode-metode empiris, kasar dan lengkap untuk memperoleh
hasil praktis. Geometri Mesir umumnya terdiri dari metode-metode praktis untuk
mengukur tanah setelah meluapnya sungai Nil. Tapi Mesir tidak mengembangkan
geometri ilmiah, Demikian juga astronomi Babylon, sebetulnya merupakan
astrologi, yakni ilmu nujum bintang. Sebaliknya orang Yunani mengembangkannya
menjadi ilmu astronomi ilmiah. Jadi, menurut Coppleston, matematika dan
astronomi Yunani lahir di Yunani sendiri.
Dengan
demikian Yunani adalah tempat asal para pemikir dan ilmuan asli Eropa. Orang
Yunanilah yang pertama-tama mempelajari ilmu pengetahuan demi ilmu pengetahuan
itu sendiri. Mereka mempelajari ilmu pengetahuan dengan semangat ilmiah, bebas
dan tanpa prasangka. Hegel, filsuf terkenal Jerman, berpendapat bahwa filsafat
Yunani sepenuhnya dilakukan dengan semangat kebebasan ilmiah.
2.1.1.1 Masa Pra-Sokrates
Filsafat di
masa Pra-Sokrates merupakan tahap pertama dalam filsafat Yunani. Meskipun bukan
merupakan filsafat murni, tetapi ia merupakan filsafat yang sesungguhnya.
Sebaliknya, filsafat Pra-Sokrates bukannya merupakan unit tertutup yang tidak
berhubungan dengan pemikiran filosofis sesudahnya, tapi merupakan persiapan
bagi periode sesudahnya.Meskipun Plato dan Aristoteles mengemukakan filsafat
yang brilian, keduanya tidak terlepas dari pengaruh filsafat pra-Sokrates.
Plato misalnya, sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Heracleitos, para
filsuf Elea dan Pythagoreanisme. Adapun filsuf-filsuf yang hidup sebelum masa
Sokrates adalah:
a. Thales
(625-545 SM)
Dalam sejarah filsafat Thales dijuluki sebagai filsuf Yunani pertama.
Dia dalah satu dari tujuh orang bijak di zamannya (bersama Bias dari Priene,
Pittakos dari Mytilene, Soloon dari Athena, Kleouboulous dari Lindos, Khilon
dari Sparta, dan Priandros dari Korinthos). Thales dalah filsuf dan ilmuwan
praktis.
Sebagai filsuf Thales dan Miletus berusaha menjawab pertanyaan: apa sala
usul segala sesuatu? Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu adalah
air. Itu merupakan kesimpulan setelah ia mengamati dominasi peran air di alam
dan kehidupan manusia. Seperti dikatakan Aristoteles, Thales dari hari ke hari
mengamati bahwa kabut member kehidupan bagi segala sesuatu. Bahkan panas itu
sendiri berasal dari kelembaban.
Dia juga mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat kelembaban,
dan air merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab. Thales mungkin
juga dipengaruhi oleh teologi-teologi kuno, di mana air merupakan obyek komando
di kalangan dewa-dewi.
b. Anaximandros (611-545 SM)
Anaximander juga seorang ilmuwan. Konon, menurut Theophrastus, dia
membuat sebuah peta, yang mungkin digunakan oleh para pelaut Milesia ke laut
hitam. Menurut Theophrastus, Anaximander adalah rekan sejawat Thales, dan
nampaknya lebih muda. Di samping kegiatan ilmiahnya, dia juga mencari jawaban
atas pertanyaan sama yang menggugah Thales. Tapi menurut dia, prinsip pertama
dan utama itu tidak mungkin air seperti yang dikatakan Thales.
Kalau perubahan, kelahiran dan kematian, pertumbuhan dan kehancuran
disebabkan oleh konflik, maka tak dapat dijelaskan mengapa ada benda-benda lain
yang tidak dapat melebur menjadi air. Maka menurut dia, prinsip pertama dari
segala benda adalah to apeiron (yang berarti substansi yang tak terbatas). To
apeiron itu kekal dan tak dimakan usia, itulah yang merangkum seluruh jagad.
Anaximander mengajarkan bahwa bumi bukan berbentuk piringan (disc) tapi
silinder pendek. Kehidupan berasal dari laut, dan melalui adaptasi dengan
lingkunagn bentuk-bentk hewan yang sekarang berevolusi.
Tentang asal usul manusia Anaximander mengatakan bahwa pada mulanya
manusia dilahirkan dari hewan-hewan spesies lain. Hewan-hewan lain, katanya,
cepat menemukan makanan bagi diri mereka sendiri, tapi manusia sendiri
membutuhkan waktu yang panjang untuk menjadi dewasa. Tapi dia tak dapat
menjelaskan bagaimana manusia bias hidup dalam tahap transisi.
Jadi, doktrin Anaximander merupakan suatu langkah maju dibandingkan
Thales. Dia tidak menunjuk unsure tertentu, tapi konsep to apeiron, yakni
substansi tak terbatas.
c. Anaximenes
(588-524 SM)
Menurut Anaximenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara.
Kesimpulan ini mungkin sekali didasarkan pada fakta bahwa manusia hanya bisa
hidup kalau bernafas. Jadi, udara adalah prinsip kehidupan. “Sebagaimana halnya
dengan jiwa kita, yakni udara, mempersatukan kita, demikian juga nafas dan
udara merangkul seluruh dunia,” kata Anaximenes. Jadi udara dalah prinsip dasar
(urstoff) dari dunia.
Udara tak dapat dibagi, tapi dapat kelihatan dalam proses kondensasi dan
perengangan. Ketika udara menjadi renggang (rarefaction), ia menjadi lebih
panas, dan denderung terbakar menjadi api. Sebaliknya, kalau terjadi
kondensasi, ia menjadi lebih dingin dan menjadi keras. Maka udara berada di
antara cincin nyala dan kedinginan, dengan massa kelembaban di dalamnya.
d. Pythagoras (580-500 SM)
Tentang Pythagoras tidak banyak diketahui. Yang pasti adalah bahwa
Pythagoras mendirikan sebuah tarekat keagamaan di Kroton, Italia selatan, pada
paruh kedua abad 6 SM. Pythagoras sendiri dilahirkan di Samos, masih daerah
Ionia. Iamblicus, salah satu sumber untuk mengetahui Pythagoras, menyebut
Pythagoras antara lain sebagai “pemimpin dan bapak filsafat Ilahi”. Tapi kisah
kehidupan Pythagoras seperti yang ditulis Iamblicus, porphyries, dan Diogenes
Laertius dinilai sebagai roman dan bukan catata sejarah.
Ajaran tentang bilangan merupaka ajaran Pythagoras yang penting. Tapi,
di pihak lain filsafat methematico-metafisik ini sngat sulit dipahami. Yang
penting, Pythagoras dan para pengikutnya sangat terobsesi dengan matematika.
Sampai-sampai dikatakan bahwa Tuhan itu seorang ahli matematika.
Menurut Pythagoras, prinsip dari segala-galanya adalah matematika. Semua
benda dapat dihitung dengan angka, dan kita dapat mengekspresikan banyak hal
dengan angka-angka. Mereka terpesona oleh kenyataan bahwa interval-interval
music antara dua not pada lyra dapat dinyatakan secara numerik. Seperti halnya
harmoni musik bergantung pada angka, maka harmoni jagad raya juga bergantung
pada angka. Bahkan menurut Pythagoras, benda-benda adalah angka-angka (things
are numbers).
Menurut Pythagoreanisme, pusat jagad raya adalah api (Hestia). Di
sekeliling api itu beredar kontra bumi (antikhton), bumi, bulan, matahari dan
planet lainnya dan akhirnya langit dengan bintang-bintang tetap.
Pythagoreanisme berpandangan bahwa seluruh langit merupakan suatu tangga nada
musik serta bilangan. Ketika mengelilingi api sentral tiap benda langit
mengeluarkan bunyi yang sesuai dengan tangga nada. Telinga kita sudah terbiasa
dengan musik itu, sehinga kita tak mendengarnya lagi. Dikisahkan bahwa
Pythagoras sendiri telah mendengar music jagad raya itu.
filsuf-filsuf lain yang hidup sebelum masa Sokrates, di antaranya:
a) Xenophanes (570-480 SM)
b) Heracleitos
c) Parmenides dan Melissus
d) Zeno
e) Empedocles
f) Leocippus
g) Para filsuf Atomisme
2.1.1.2 Masa Sokrates
Perhatian
masa Pra-Sokrates adalah alam atau kosmos. Pada masa sesudahnya, yakni
sokrates, perhatian bergeser pada manusia itu sendiri, faktor-faktor
penyebabnya anatara lain.
a. Timbulnya sikap skeptic terhadap filsafat Yunani yang tidak dapat
menjelaskan pertanyaan tentang asala usul alam semesta. Filsafat Pra-Sokrates
juga tidak mampu menjelaskan fenomena kesatuan (unity) dan kejamakan
(diversity)
b. Semakin besar minat terhadap fenomena kebudayaan dan peradaban. Ini
disebabkan pergaulan yang makin gencar antara orang Yunani dan peradaban asing
seperti Persia, Babylonia dan Mesir. Menhadapi kenyataan ini, para pemikr
Yunani mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah beragam
kebudayaan nasional dan local, norma agama dan etis, hanyalah konvensi atau
tidak?
· Kaum Sofis
Ada perbedaan antara filsafat
Pra-Sokrates dengan filsafat sesudahnya, perbedaan itu ialah:
a. Pusat perhatian filsafat masa sokrates adalah manusia, peradaban dan
kebiasaab manusia. Sofisme menaruh perhatian pada mikrokosmos, bukan
makrokosmos. Manusia mencapai kesadaran diri. Seperti kata Sophocles: “Ada
banyak mikjizat di dunia, tapi tak ada mukjizat yang lebih besar dari manusia”.
b. Sofisme dan filsafat Yunani sebelumnya juga berbeda dalam hal
metode. Filsafat Yunani Pra-Sokrates memiliki metode deduktif, sedangkan kaum
sofis menggunakan metode empirico-induktif.
Pada masa
Pra-Sokrates, filsuf menetpkan prinsip umum, kemudian menjelaskan fenomena
fenomena khusus berdasarkan prinsip tersebut. Sebaliknya, kaum sofis adalah
ensiklopedis karena mereka menghimpun banyak observasi dan fakta, lalu menarik
kesimpulan-kesimpulan, baik teoritis maupun praktis. Kesimpulan-kesimpulan itu
sangat banyak dan berbeda sehingga orang bias jadi bingung. Atau, setelah
banyak tahu tentang berbagi negara dan kebudayaan, mereka membuat teori tentang
asal-usul peradaban atau asal bahasa.
c. Perbedaan juga terletak pada tujuan. Filsafat Pra-Sokrates ingin mencari
kebenaran obyektif tentang dunia. Kaum sofis mencari kebenaran praktis, bukan
kebenaran spekulatif. Tujuan utama filsafat Pra-Sokrates adalah menemukan
kebenaran ,sedangkan kaum sofis justru pada mengajar. Itulah sebabnya kaum
sofis mempunyai massa murid. Mereka memberikan kursus-kursus, dan latihan.
Mereka adalah professor yang mengembara dari kota ke kota, mengumpulkan
pengetahuan lalu mengajarkan pada orang lain (umpama tentang tata bahasa,
interpretasi penyair, filsafat mitologi, agam dll).
Kaum sofis
sangat menonjol dalam berpidato, yang merupakan factor sangat penting dalam
kehidupan politik di Yunani kala itu. Di Yunani, agar bias berkecimpung dala
politik, orang harus pintar berpidato.
Adapun tokoh-tokoh
kaum filsuf sofis ialah Protagoras (481-411 SM), Prodicus, Hippias, Gorgias
(480-380 atau 483-375 SM), Thrasymachus, Chalderon, dan Anthipon.
·
Socrates
Menurut
Plato, ketika dijatuhi hukuman mati, yakni tahun 399 SM, usia Socrates sekitar
70 tahun, berdasarkan itu diduga Sokrates lahir sekitar tahun 470 SM. Ayahnya
bernama Sophroniscus seorang pemahat, dan ibunya bernama Phaenarete seorang
dukun bersalin.
Sosok
Socrates sebagai filsuf moral berawal dari peristiwa yang disebut pertobatan Socrates
menyusul Orakel Delphic. Diceritakan bahwa Chaerephon, sobat Socrates, suatu
ketika bertanya kepada ahli nujum apakah ada orang lain yang lebih bijaksana
dari Socrates.. jawaban yang diberikan adalah “tidak”. Ini membuat Socrates
merenung-renung. Dia akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa yang dimaksudkan
dewa dengan menyebutnya orang paling bijak adalah karena dia tahu bahwa dia
tidak tahu apa-apa. Socrates kemudian melihat misinya yakni untuk mencari
kebenaran sejati dan membantu orang yang membutuhkan bimbingannya.
Adapun ajaran-ajaran Socrates
adalah sebagai berikut:
1. Socrates mengajarkan tentang
definisi atau hal-hal yang umum (universals) yng bersifat tetap. Menurut
Socrates konsep universal tetap sama. Hanya hal-hal partikular dapat beragam,
tapi defenisi tetap sama.
2. Socrates mengajarkan tentang
argumen-argumen induktif. Argumen induktif yang dikembangkan Socrates bukan
diperoleh melalui logika, melainkan melalui wawancara atau dialektik. Untuk
membuat definisi tentang sesuatu, Socrates bertanya pada orang lain, sementara
ia sendiri memperlihatkan ketaktahuan. Dialektik Socrates dimulai dari
defenisi-definisi kurang lengkap sampai akhrnya mencapai definisi yang lebih
lengkap.
3. Tujuan dialektik bukan untuk
mempermalukan orang, tapi untuk memperoleh kebenaran. Kebenaran itu bukan
sekedar spekulasi murni, melainkan dalam kehidupan yang baik. Menurut Socrates,
agar bertindak dengan benar, orang harus tahu apakah kehidupan yang baik itu.
Socrates percaya akan jiwa yang hanya dapat dipelihara semestinya lewat
pengetahuan, yakni kebijaksanaan yang benar. Pengetahuan yang jelas akan
kebenaran sangat penting bagi kehidupan yang benar. Untuk ini adalah tugasnya
untuk membidani lahirnya ide-ide yang benar dalam bentuk definisi yang jelas.
Metode ini dinamakan mayetika.
4. Socrates menaruh perhatian
besar pada etika. Dia menganggap misi yang ditetapkan dewa padanya adalah
menyadarkan orang-orang agar memelihara harta paling agung yakni jiwa lewat
upaya memperoleh kebijaksanaan dan kabajikan. Kehidupan politikpun tak dapat
dilepaskan dari etika.
5. Etika Socrates memilki ciri
pengetahuan dan kebajikan. Menurut dia, pengetahuan dan kebajikan adalah satu,
dalam arti bahwa seorang bijaksana, yakni orang yang tahu apa yang baik, juga
akan melakukan apa yang benar.
6. Socrates mengajarkan bahwa
hanya ada satu kebajikan, yakni pengetahuan akan apa yang betul-betuk baik bagi
manusia, apa yang betul-betul dapat menghasilkan kesehatan dan harmoni jiwa.
7. Dalam ajaran tentang agama,
Socrates mengakui adanya allah-allah, pengetahuan akan allah-allah tidak
terbatas. Terkadang Socrates memang percaya akan adanya Allah yang tunggal,
tapi nampaknya Socrates tidak memberi perhatian besar untuk masalah monoteisme
dan polyteisme. Menurut Socrates sebagaimana tubuh manusia berasal dari
bahan-bahan yang dikumpulkan dari dunia materi, akal budinya juga merupakan
bagian dari akal budi universal.
·
Plato
Plato adalah
salah satu filsuf terbesar di dunia. Lahir di Athena dari keluarga terpandang,
ayahnya Arston dan ibunya Perictione. Menurut sejumlah sumber, nama aslinya
adalah Aristocles. Nama Plato baru diberikan sesudahnya karena ia memiliki
sosok fisik yang kokoh kuat.Plato menjadi murid Socrates ketika ia berusia 20
tahun. Tapi perkenalan Socrates pasti lebih awal. Plato pernah mengunjungi
Italia dan Sisilia ketika berusia 40 tahun. Konon ia juga pernah mengunjungi
Mesir, tapi cerita ini belum bias diterima oleh sebagian pengamat. Plato pernah
dijual sebagai budak kepada Aegina atas perintah Dionysius I, Tiran dari
Syracuse.
Adapun ajaran-ajaran
terpenting dari Plato adalah:
1. Dua Dunia
Plato
mengajarkan tentang dua dunia, yakni dunia idea dan dunia materi. Dunia idea
bersifat tunggal, permanen/tidak berubah, kekal. Dunia jasmani bersifat jamak,
berubah-ubah dan tidak kekal.
2. Jiwa
Jiwa adalah
suatu adikodrati, berasal dari dunia idea, tidak dapat mati, kekal. Jiwa
terdiri dari tiga bagian (fungsi), yakni rasional (dihubungkan dengan
kebijaksaan), kehendak (dihubungkan denag keberanian), dan bagian keinginan
atau nafsu (dihubungkan dengan bagian pengendalian diri.
3. Negara
Ajaran
tentang negara merupakan puncak filsafat Plato. Menurut Plato tujuan hidup
manusia adalah eudaemonia(hidup yang baik). Agar supaya hidup baik, orang harus
mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu bukan soal akal semata-mata, tapi
seluruh diri manusia. Akal harus mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak
berdaya dan harus didukung perasaan-perasaan yang lebih tinggi. Jalan kea rah
sini adalah kesenian, sajak, music dan sebagainya. Tujuan pendidikan tercapai
kalau ada negara yang baik. Sebab manusia adalah makhluk social yang memerlukan
negara.
Dalam satu negara ada tiga golongan, yakni:
a) Para penjaga, yakni orang
bijak (filsuf) yang mengetahui apa yang baik. Kebajikan mereka adalah
kebijaksanaan.
b) Para prajurit yang menjamin
keamanan. Kebajikan mereka adalah keberanian.
c) Rakyat jelata seperti petani,
tukang dan pedagang. Kebajikan mereka adalah pengendalian diri.
·
Aristoteles
Aristoteles
lahir di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya seorang dokter pribadi raja Mcedonia.
Ketika berusia 18 tahun ia belejar filsafat p-ada Plato di Athena. Setelah
Plato meninggal, ia mendirikan sekolah Assos. Ia kemudian kembali ke Macedonia
dan menjadi pendidik pangeran Alexander Agung. Ketika Alexander Agung meninggal
pada thun 323, timbullah huru hara. Aristoteles dituduh sebagai penghianat. Dia
lari ke Khalkes dan meninggal dunia di situ pada tahun 322.
2.1.1.3 Masa hellenisme dan Romawi
Di masa ini
muncul beberapa aliran, terpenting di antaranya adalah:
1) Stoisisme didirika oleh Zeno
dari Kition. Menurut Stoisisme, jagad raya ditentukan oleh logos atau rasio.
Maka segala sesuatu yang terjadi di alam semesta berlangsung menurut ketetapan
yang tak dapat dihindarkan. Etika Stoisisme bersifat kejam, karena manusia
tidak dapat menghindarkan segala malapetaka.
2) Epikurisme didirikan oleh
Epikuros. Inti ajarannya adalah bahwa manusia harus menggunakan kehendak bebas
dengan mencari kesenangan sedapat mungkin. Tapi agar keadaan batin seimbang dan
tenang, orang harus menjadi bijaksana. Bersikap bijaksana adalah bersikap
membatasi diri dan mengusahakan kesenangan rohani.
3) Skeptisisme dipelopori oleh
pyrrho. Tapi ini bukan suatu aliran dengan pengikut-pengikut tertentu,
melainkan hanya merupakan tendensi umum dalam masyarakat.
4) Eklektisisme adalah
kecenderungan mendamaikan berbagi unsure yang berbeda. Ini juga merupakan
kecenderungan umum pada masyarakat, khususnya kaum elit. Seorang yang dikenal
denagn eklektis adalah ahli pidato Cicero dan Philo.
2.2 Filsafat Barat Abad Pertengahan
Abad pertengahan merupakan
kurun waktu yang
khas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dominansi agama Kristen
sangat menonjol. Perkembangan alam
pikiran harus disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat,
harus diuji apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama. Jelas teologi lebih
tinggi dibandingkan dengan filsafat. Filsafat berfungsi melayani Teologi. Tapi
bukan berarti bahwa pengembangan nalar dilarang.
Dalam sejarah filsafat barat, abad pertengahan dibagi menjadi dua
periode yakni masa patristik dan masa skolastik. Baik di Yunani maupun Latin,
masa patristik mencatat masa keemasan dengan tokoh dan karya-karya penting.
Dibawah ini diuraikan masing-masing tentang Zaman Patristik dan Zaman
Skolastik, serta tokoh-tokoh terpentingnya.
2.2.1 MASA PATRISTIK
2.2.1.1 Gambaran Umum
Patristik berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari Pater) yang
berarti bapak-bapak. Yang dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan
tokoh-tokoh gereja yang sangat berperan sebagai peletak dasar intelektual
kekristenan. Mereka fokus pada pengembangan teologi tetapi tidak lepas dari
wilayah kefilsafatan.
2.2.1.2 Tokoh-tokoh terpenting
Bapak Gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertullianus
(160-222), Justinus, Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254),
Gregorius dari Nazianza (330-390), Basilus Agung (330-379), Gregorius dari
Nyssa (335-394), Dionysius Areopagita, Johanes Damascenus, Ambrosius,
Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).
Tertullianus, Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah
pemikir-pemikir pada masa awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus
Agung, Gregorius dari Nyssa, Dionysius Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah
tokoh-tokoh pada masa patristik Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan
Agustinus adalah pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Masa keemasan patristik Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan
Kaisar Constatinus Agung tahin 313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat
Kristen. Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah
melewati kehidupan masa muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama
Kristen dan menciptakan sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar
pada abad pertengahan. Karyanya yang terpenting adalah Confessiones
(pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei (tentang kota Allah).
Agustinus menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan
kebenaran). Menurut Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa
ada kebenaran. Orang ragu-ragu itu sebenarnya bukti bahwa dia tidak ragu-ragu
tehadap satu hal yaitu bahwa ia ragu-ragu. Orang yang ragu-ragu itu sebetulnya
berpikir, dan siapa yang harus berpikir harus ada. Aku ragu-ragu maka aku
berpikir, aku berpikir maka aku berada. Menurut Agustinus, Allah menciptakan
dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos).
Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan.
Jadi, berbeda dengan konsep yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar
atau materi segala sesuatu.
Filsafat patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII.
Di barat dan timur tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran
yang berbeda dengan masa patristik.
2.2.2
MASA SKOLASTIK
2.2.2.1
Gambaran Umum
Nama skolastik menunjukan besarnya peranan sekolah-sekolah dan
biara-biara dalam pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat. Masa skolastik
dimulai setelah filsafat mengalami masa kevakuman karena situasi politik yang
tidak stabil.
Sejak pemerintahan Karel Agung (742-814), keadaan mulai pulih, Kegiatan
intelektual mulai bersemi kembali. Ilmu pengetahuan, kesenian, dan filsafat
mendapat angin segar.
Masa Skolastik mencapai puncak kejayaannya pada abad XIII. Di masa ini
filsafat dikaitkan dengan teologi, tetapi sudah menemukan tingkat kemandirian
tertentu. Patut diberi catatan khusus tentang penyebaran karya-karya filsafat
Yunani, karena inilah faktor terpenting bagi perkembangan intelektual dan
filsafat.
Masuknya filsafat Aristoteles ke barat dimungkinkan lewat filsuf-filsuf
arab yaitu Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037), dan Ibnu Rusyd (1126-1198) alias
Averroes. Avicenna berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan
Neoplatonisme sedangkan Averroes merupakan pengagum Aristoteles dan menulis
komentar tentang pemikiran-pemikiran Aristotelian. Sebab itu ia dijuluki Sang
Komentator.
Kehadiran karya-karya Aristoteles itu memberikan nuansa baru. Orang yang
berhadapan dengan karya-karya nonkristen. Tugas filsafat dan teologi adalah
mendamaikan alam pikiran baru itu dengan ajaran Kristen, khususnya alam
pemikiran Agustinus yang mendominasi masa-masa sebelumnya.
2.2.2.2 Tokoh-tokoh terpenting
2.2.2.2 Tokoh-tokoh terpenting
Tokoh-tokoh terpenting pada masa skolastik adalah Boethius (480-524),
Johanes Scotus Eurigena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus
Abelardus (1079-1142), Bonaventura (1221-1274), Siger dari Brabant (1240-1281),
Albertus Agung (1205-1280), Thomas Aquinos (1225-1274), Johanes Duns Scotus
(1226-1308), Guliemus dari Ockham (1285-1349), dan Nicholaus Cusanus
(1401-1464).
Boethius adalah seorang menteri pada pemerintahan Raja Theodorik Agung
di Italia. Namun, ia dijebloskan ke penjara karena dianggap sebagai komplotan.
Dipenjara ia menulis buku yang berjudul De Consolatione Philosophiae.
Johanes Scotus Eurigena mengajar di sekolah istana yang didirikan oleh
Karel Agung. Anselmus adalah seorang uskup yang terkenal dengan semboyan Credo
Ut Intelligam (saya percaya agar saya mengerti). Artinya, dengan percaya orang
akan mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang Allah.
Petrus Abelardus mempunyai jasa besar dalam etika dan logika. Dia ikut
memberikan pendapat yang sangat berharga menyangkut perdebatan di masa itu
tentang Universalia (konsep-konsep umum), antara kelompok penganut Realisme dan
Nominalisme.
Ibn Sina (Avicenna) berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan
Neoplatonisme. Dia menganut ajaran manansi plotinos, dan mengatakan Allah
menyelenggarakan dunia secara tidak langsung melalui intelek aktif yang berasl
dari intelek pertama.
Ibn Rushd (Averroes) ia dijuluki Sang Komentator. Dia mengajarkan
monopsikisme yaitu pandangan bahwa jiwa adalah milik bersama umat manusia.
Bonaventura adalah biarawan ordo fransiskan yang menjadi professor di
paris, dan pernah dipercaya memimpin ordo tersebut. Siger dari Brabant adalah
mahaguru di fakultas sastra diparis.
Albertus Agung adalah seorang biarawan ordo dominikan, dan pernah
menjadi mahaguru di sejumlah universitas di Jerman dan Paris.
Thomas Aquinos dijuluki pangeran masa skolastik. Ia adalah seorang
biarawan ordo dominikan, mengajar di Paris, Jerman, dan Italia. Thomas Aquinos
berpendapat bahwa filsafat harus mengabdi teologi, waktu itu dikenal ungkapan
Philosophia Est Ancilla Theologiae.
Manusia dapat mengenal Allah dengan menggunakan rasio. Tetapi,
pengenalan itu hanya melalui ciptaan-ciptaan. Thomas membuktikan adanya Allah
melalui rangkaian argumentasi yang dikenal dengan Quinqae Viae (Lima Jalan)
yaitu
1. Gejala adanya perubahan atau gerak
2. Gejala sebab dan akibat
3. Gejala
kontingensi
4. Adanya
hierarki kesempurnaan
5. Finalitas
dunia
Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Jiwa merupakan forma dan tubuh
merupakan materinya. Keduannya tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu
substansi.
Johanes Duns Scotus adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia
mengikuti ajaran Aristoteles dan Bonaventura.
William Ockham adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia dianggap
pemikir bermasalah di gereja, di bidang filsafat ajarannya bercorak empiristis.
Nicholaus Cusanus adalah uskup dan kardinal. Meskipun dipercaya mampu
memangku tugas kegerejaan, Nicholaus dikenal sebagai ilmuwan.
2.3 Filsafat
Modern
Filsafat klasik bersifat kosmosentris, filsafat abad pertengahan
bersifat teosentris, sedangkan filsafat modern bersifat antroposentris. Di
zaman Yunani klasik, pusat perhatian filsafat adalah pertanyaan: apa yang
merupakan unsur pertama dari kosmos. Pada abad pertengahan Allah diakui sebagai
pencipta alam semesta. Sedangkan pada zaman modern, yang menjadi pusat
pergulatan filosofis adalah manusia itu sendiri.
2.3.1
RENAISSANCE
Kata ini berasal dari bahasa
Prancis dan berarti kelahiran kembali. Maksudnya, usaha untuk menghidupkan kembali
kebudayaan Yunani dan Romawi klasik.
Dalam sastra lahirlah humanisme, yang juga mencari inspirasinya pada sastra
Yunani dan Romawi. Renaissance ditandai oleh kelahiran kembali di berbagai
ilmu, seperti ilmu sastra, kesenian, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan alam berkembang pesat berdasarkan metode eksperimental.
Nicolaus Copernicus, Johannes
Kepler, dan Galileo Galilei adalah contoh ilmuwan yang membawakan wawasan baru
dengan penemuan-penemuan yang penting. Copernikus, berdasarkan penyelidikannya,
mengemukakan bahwa pandangan geosentris yang dianggap benar selama berabad-abad
sebelumnya ternyata salah. Menurut Copernicus, bukan bumi yang menjadi pusat,
melainkan matahari adalah pusat jagad raya. Galileo Galilei kemudian memperkuat
teori Copernikus tentang heliosentrisme.
Di bidang filsafat, peletak
dasar filsafat zaman renaissance adalah Francis Bacon (1561-1623), seorang
filsuf dari Inggris.
2.3.1.1 FILSAFAT ABAD XVII
Tiga aliran besar filsafat
yang muncul dan berkembang pada abad XVII adalah rasionalisme, empirisme, dan
idealisme. Berikut dibicarakan tentang ketiga aliran tersebut.
1)
Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan
satu-satunya yang benar adalah rasio (akal budi). Tokoh-tokoh terpenting aliran
rasionalisme adalah Blaise Pascal, Baruch Spinoza, G.W.Leibnitz, Christian
Wolff, dan Rene Descartes (1596-1650).
Rene Descartes dijuluki Bapak Filsafat Modern. Ucapannya yang terkenal
adalah Coglto Ergo Sum (Aku berpikir maka aku ada). Ungkapan ini mempunyai
makna lebih dalam dari sekedar pengertian harafiah. Dengan ungkapan itu hendak
dinyatakan metode yang dianut Descartes yakni metode kesangsian. Descartes
mengatakan bahwa segalanya harus disangsikan secara radikal, dan tidak boleh diterima
begitu saja. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap kesangsian (artinya tidak
disangsikan lagi), itulah kebenaran yang sesungguhnya dan harus menjadi
fondamen bagi ilmu pengetahuan.
Itulah sebabnya Cogito Ergo Sum harus diartikan sebagai: saya yang sedang
sangsi, ada. Bagi Descartes, berpikir berarti menyadari. Jika saya
menyangsikan, maka saya menyadari sungguh-sungguh bahwa saya menyangsikan.
Kebenaran itu pasti sebab saya mengerti dengan jelas dan terpilah-pilah
(c/ear/y and dis- tinctly).
Menurut Descartes, dalam diri manusia terdapat tiga ide bawaan sejak
lahir, dan itulah yang merupakan kebenaran. Ketiga ide bawaan itu adalah
pikiran, Allah, dan keluasan.
Mengapa pikiran? Karena kalau saya memahami diri sebagai makluk yang
berpikir, maka hakekat saya adalah pemikiran. Mengapa Allah? Kalau saya
mempunyai idea "sempurna", harus ada penyebab sempurna idea itu,
karena akibat tidak pernah melebihi penyebabnya.
Dan mengapa pula keluasan? Karena saya mengerti materi sebagai keluasan
(ekstensi).
Satu-satunya alasan untuk menerima dunia materi adalah bahwa Allah akan
menipuku jika Ia memberikan idea keluasan padahal tidak ada suatu pun yang
mempunyai luas. Tapi, menurut pengamatan, di luarku ada dunia materi. Jadi,
Allah itu ada.
Menurut Descartes, manusia terdiri dari jiwa (pemikiran) dan tubuh
(keluasan). Tubuh adalah mesin yang dijalankan jiwa. Dengan pandangan seperti
ini, Descartes mengakui dualisme dalam manusia.
2)
Empirisme
Empirisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa hanya pengalaman (lewat
indra) merupakan sumber pengetahuan yang benar. Jadi, empirisme bertolak
belakang dengan pandangan rasionalisme. Immanuel Kant kemudian mendamaikan
kedua pandangan yang sangat ekstrim tersebut.
Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Thomas Hobbes dan John Locke,
keduanya dari Inggris.
2.3.1.2 FILSAFAT ABAD XVIII (AUFKLAERUNG)
Aufklaerung berarti pencerahan
(istilah bahasa Inggris untuk ini adalah enlightment). Dinamakan demikian
karena pada periode ini manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Keadaan
periode sebelum ini sering diumpamakan dengan keadaan belum akil balig, di mana
manusia kurang menggunakan kemampuan akal budinya.
Salah satu ciri terpenting
zaman Aufklaerung adalah perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Dalam fisika kita
kenal ilmuwan besar seperti Isaac Newton.Karena rasio mendapat tempat terhormat
dan menjadi pusat perhatian, maka orang mulai meragukan wahyu dan otoritas
agama. Mudah dimengerti, mengapa di Prancis muncul sikap antikristianisme dan
antiklerikalisme. gama kristen, sebelum
periode ini, memainkan peranan sangat menentukan.
Akal budi tidak diingkari,
tetapi diletakkan pada fungsinya sebagai pendukungiman dan wahyu. Penjelasan
apapun yang tidak sesuai dengan iman dianggap
tidak benar.
Tempat para klerus dalam
lingkungan yang memberi tempat penting
kepada agama memang sangat istimewa. Oleh sebab itu, pada masa
pencerahan, orang tak mau tunduk lagi kepada otoritas agama. Mulai berkembang
pemikiran. pemikiran bebas. Aufklaerung merintis jalan menuju revolusi Prancis
tahun 1789.
Tokoh-tokoh terpenting
filsafat masa pencerahan antara lain George Berkeley dan David Hume (Inggris),
Voltaire dan Jean-Jacques Rousseau (Prancis), dan Immanuel Kant (Jerman).
Filsuf paling penting untuk periode ini adalah Immanuel Kant.
Seperti dikatakan di atas,
Kant berusaha mendamaikan pandangan rasionalisme dan empirisme. Menurut Kant,
peran rasio dan pengalaman sama pentingnya dalam proses mengetahui. Pengalaman
indra dinamakannya unsur aposteriori, sedangkan akal budi dinamakannya unsur
apriori. Kant berpendapat bahwa pengetahuan selalu merupakan hasil sintese
unsur akal budi dan pengalaman. Akal budi sendiri tidak dapat dipercaya begitu
saja, demikian pula pengalaman indera. Kita mengalami bahwa indra banyak kali
menipu. Kita melihat mentari sebagai sebuah benda langit bercahaya yang kecil,
padahal dalam kenyataannya matahari adalah badan angkasa yang sangat besar.
Oleh sebab itu hasil pengamatan indra harus diteguhkan oleh akal budi.
2.3.1.3 FILSAFAT ABAD XIX
Aliran-aliran besar yang
muncul sepanjang abad XIX adalah idealisme Jerman, positivisme, dan
materialisme. Berikut diuraikan secara singkat aliran- aliran tersebut serta
sejumlah tokohnya.
1)
Idealisme Jerman
Idealisme adalah aliran yang
berpandangan bahwa tidak ada realitas obyektif dari dirinya sendiri. Realitas
seluruhnya, menurut aliran ini, bersifat subyektif.Seluruh realitas merupakan
hasil aktivitas Subyek Absolut (yang dalam agama dinamakan Allah).
Jadi, menurut idealisme rasio
atau roh (idea) mengendalikan realitas seluruhnya. Segala sesuatu merupakan
tampakan-tampakan atau momen-momen yang berkembang sendiri. Idealisme pada
dasarnya bertentangan dengan Platonisme.
Tokoh-tokohnya yang terpenting
adalah tiga filsuf Jerman yakni J.G.Fichte ( 1762- 1814), F.W J.Schelling (
1775- 1854), dan G.W.F. Hegel (1770-1831). Filsuf paling penting di antara
ketiganya adalah Hegel.
2)
Positivisme
Aliran ini berpandangan bahwa
manusia tidak pernah mengetahui lebih dari fakta-fakta, atau apa yang nampak.
Manusia tidak pernah mengetahui sesuatu di balik fakta-fakta.
Oleh sebab itu, menurut
positivisme, tugas ilmu pengetahuan dan filsafat adalah menyelidiki
fakta-fakta, bukan menyelidiki sebab-sebab terdalam realitas. Dengan demikian,
positivisme menolak metafisika.
Positivisme mempunyai
persamaan dan perbedaan dengan empirisme.Persamaan pada keduanya adalah bahwa
keduanya mengutamakan pengalaman indra. Akan tetapi positivisme hanya menerima
pengalaman obyektif, sedangkan empirisme menerima juga pengalaman
batiniah/subyektif.
Tokoh-tokoh terpenting
positivisme antara lain Auguste Comte (1798-1857), John Stuart Mill
(1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903).
3)
Materialisme
Aliran ini berpandangan bahwa
seluruh realitas terdiri dari materi. Artinya, tiap benda atau peristiwa dapat
dijabarkan kepada materi atau salah satu proses materiil. Materialisme
merupakan aliran terpenting dan sangat berpengaruh sepanjang abad XIX, bahkan
sampai dewasa ini. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap idealisme Jerman.
Tokoh-tokohnya yang terpenting
adalah Ludwig Feuerbach (1804-1872), Kari Marx (1818-1883), dan Friedrich
Engels (1820-1895).
Pikiran-pikiran Kari Marx
sering muncul dalam nama materialisme dialektis dan materialisme historis.
Nama-nama itu bukan berasal dari Mara sendiri.Materialisme historis digunakan
oleh Engels sesudah kematian Marx. Sedangkan materialisme dialektis digunakan
tahun 1891 oleh filsuf Russia, G.Plekhanov.
Materialisme dialektis
beranggapan bahwa perubahan kuantitas dapat mengakibatkan perubahan kualitas.
Perapatan materi dapat menghasilkan suatu yang sama sekali baru. Dengan cara
demikian, kehidupan berasal dari materi mati, dan kesadaran manusia berasal
dari kehidupan organis. Materialisme historis berpandangan bahwa arah yang
ditempuh sejarah ditentukan oleh perkembangan sarana-sarana produksi materiil.
Menurut Mara, titik akhir sejarah adalah keadaan ekonomi tertentu, yakni
komunisme, di mana milik pribadi diganti milik bersama. Baru pada kondisi
seperti itulah manusia mencapai kebahagiaannya. Arah ini adalah suatu
keharusan, suatu yang mutlak, tak dapat diubah dengan cara apapun. Dan manusia
dapat mempercepat proses itu dengan melakukan revolusi.
2.4 FILSAFAT KONTEMPORER
Filsafat
Barat kontemporer (abad XX) sangat heterogen. Hal ini disebabkan antara lain
karena profesionalisme yang semakin besar. Banyak filsuf adalah spesialis
bidang khusus seperti matematika, fisika, psikologi, sosiologi, atau ekonomi.
Hal penting
yang patut dicatat adalah bahwa pada abad XX pemikiran- pemikiran lama
dihidupkan kembali. Misalnya, Neotomisme, Neokantianisme, Neopositivisme, dan
sebagainya. Di masa ini Prancis, Inggris, dan Jerman tetap merupakan
negara-negara yang paling depan dalam filsafat. Umumnya, orang membagikan
filsafat pada periode ini menjadi filsafat kontinental (Prancis dan Jerman);
dan filsafat Anglosakson (Inggris).
Aliran-aliran terpenting yang
berkembang dan berpengaruh pada abad XX adalah pragmatisme, vitalisme,
fenomenologi, eksistensialisme, filsafat analitis (filsafat bahasa),
strukturalisme, dan postmodernisme.
2.4.1 PRAGMATISME
Pragmatisme
mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang akibat- akibatnya bermanfat secara
praktis. Jadi, patokan pragmatisme adalah manfaat bagi kehidupan praktis.
Kebenaran mistis diterima, asal bermanfaat praktis. Pengalaman pribadi yang
benar adalah pengalaman yang bermanfaat praktis. Aliran ini sangat populer di
Amerika Serikat. Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah William James
(1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).
2.4.2 VITALISME
Vitalisme
berpandangan bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau prinsip
vital yang berbeda dengan daya-daya fisik. Aliran ini timbul sebagai reaksi
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi serta industrialisasi, di mana segala
sesuatu dapat dianalisa secara matematis. Tokoh terpenting vitalisme adalah
filsuf Prancis, Henri Bergson (1859- 1941).
2.4.3 FENOMENOLOGI
Fenomenologi
berasal dari kata fenomenon yang berarti gejala atau apa yang tampak. Jadi,
fenomenologi adalah aliran yang membicarakan fenomena atau segalanya sejauh
mereka tampak. Fenomenologi dirintis oleh Edmund HusserI (1859-1938). Seorang
fenomenolog lainnya adalah Max Scheler (1874- 1928).
2.4.4 EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme
adalah aliran filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada
eksistensi. Eksistensi adalah cara berada di dunia. Cara berada manusia di
dunia berbeda dengan cara berada makluk-makluk lain. Benda mati dan hewan tidak
menyadari keberadaannya, tapi manusia sadar bahwa dia berada di dunia. Manusia
sadar bahwa ia bereksistensi. Itulah sebabnya, segalanya mempunyai arti sejauh
berkaitan dengan manusia. Dengan kata lain, manusia memberi arti kepada
segalanya. Manusia menentukanperbuatannya sendiri. Ia memahami diri sebagai
pribadi yang bereksistensi.
Jadi,
eksistensialisme berpandangan bahwa pada manusia eksistensi mendahului esensi
(hakekat), sebaliknya pada benda-benda lain esensi mendahului eksistensi.
Manusia berada lalu menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri.
Hidupnya tidak ditentukan lebih dulu. Sebaliknya, benda- benda lain bertindak
menurut esensi atau kodrat yang memang tak dapatdielakkan.
Tokoh-tokoh
terpenting eksistensialisme adalah Martin Heidegger (1883- 1976), Jean-Paul
Sartre (1905-1980), Kari Jaspers (1883-1969), dan Gabriel Marcel (1889-1973).
Soren Kierkegaard (1813-1855), Friedrich Nietzsche (1844- 1900), Nicolas
Alexandrovitch Berdyaev (1874-1948) juga sering dimasukkan ke dalam kelompok
filsuf-filsuf eksistensialis.
Patut
dicatat bahwa sebetulnya di antara para filsuf eksistensialis terdapat
perbedaan. Sebagian mereka bahkan tidak mau dikelompokkan sebagai filsuf
eksistensialis. Akan tetapi mereka semua mempunyai kesamaan pandangan bahwa
filsafat harus bertitik tolak pada manusia konkret, manusia yang bereksistensi.
Dalam kaitan dengan ini mereka berpendapat bahwa pada manusia eksistensi
mendahului esensi (Fuad Hassan, 1985: 7-8). Sebagian filsuf eksistensialis
adalah ateis, seperti Jean-Paul Sartre, tetapi ada yang tetap mengakui Allah,
seperti Gabriel Marcel.
Jean-Paul Sartre adalah
satu-satunya filsuf kontemporer yang menempatkan kebebasan pada titik yang
sangat ekstrim. Dia berpendapat bahwa manusia itu bebas atau sama sekali tidak
bebas. Tentang kebebasan, Sartre mengatakan: "Manusia bebas. Manusia
adalah kebebasan." Dalam sejarah filsafat tidak pernah ada ungkapan begitu
ekstrim tentang kebebasan. Sartre tidak memandang kebebasan sebagai salah satu
ciri manusia, tapi menganggap manusia sebagai kebebasan. Ini ada kaitan dengan
pandanganaya tentang eksistensi (cara berada). Sartremembedakan dua macam cara
berada, yakni etre-en-soi (berada dalam diri sendiri) dan etre-pour-soi (berada
untuk diri). Etre-en-soi adalah cara berada yang deterministik. Itu merupakan
cara berada benda-benda mati, hewan, dan tumbuhan. Pohon, misalnya, tumbuh
sebagai pohon jenis tertentu, dengan bakat tertentu. Sampai kapan dan di
manapun pohon itu akan tetap yang sama, tidak akan meninggalkan kodrat. Batu,
dari kodratnya telah ditentukan sebagai benda yang keras, dan sebab itu ia akan
tetap seperti itu sampai kapanpun. Jadi, cara berada ini sudah ditentukan
kodrat. Sebaliknya, Etre-pour-soi adalah cara berada khas manusia. Artinya,
manusia ada dulu baru menentukan diri sendiri. Dirinya tidak pernah ditentukan
lebih dulu. Manusia ada begitu saja, dan baru sesudah itu manusia menentukan
apa yang harus dilakukannya. Hanya manusia dapat mengatakan "tidak",
benda- benda lain selalu berada menurut esensi atau kodrat yang telah
ditentukan. Karena tidak ditentukan sebelumnya, maka manusia bertanggungjawab
terhadap keberadaannya.
Konsep kebebasan seperti ini
membawa Sartre kepada penolakan akan adanya Allah. Menurut Sartre, jika ada
Allah maka manusia tidak bebas lagi, sebab Allah sudah menentukan esensi
manusia. Pisau yang dibuat tukang, kata Sartre, sudah ada dalam konsep tukang
yang membuatnya sebelum pisau itu hadir dalam bentuk tertentu. Dalam
pikirannya, tukang sudah memikirkan bahwa
pisau itu terbuat dari baja
atau besi, tajam, berujung runcing, diberi gagang tanduk rusa, digunakan untuk
memotong daging atau mencukur rambut, dan ciri-ciri lainnya. Itulah esensi
pisau yang sudah ada di kepala tukang sebelum pisau itu betul-betul hadir dalam
wujudnya yang tertentu.
Kalau ada Allah, kata Sartre,
maka Allah pasti sudah mengetahui esensi manusia. Itu berarti, manusia tidak
bebas lagi. Manusia akan melakukan apa yang sudah ditentukan Allah itu. Tapi
itu tidak mungkin sebab pada manusia eksistensi mendahului esensi. Sebab itu
tidak ada Allah.
Menurut Sartre, manusia tidak
mempunyai kodrat. Ia ada begitu saja, baru sesudahnya ia membuat kodratnya
sendiri. Mengapa? Karena memang tidak ada Allah yang mengkonsepkan kodrat itu.
Manusia tidak mempunyai
kewajiban terhadap suatu yang lain, kecuali dirinya sendiri. Seandainya Allah
ada, manusia kehilangan martabat manusianya. Maka mustahil bahwa Allah dan
manusia ada berdampingan. Manusia yang hanya merupakan alat di tangan Allah,
kata Sartre, bukan manusia bebas.
Dalam bukunya Existentialism
and Humanism Sartre memberikan tanggapan kepada orang-orang yang mengatakan
bahwa eksistensialisme adalah ateisme. Sartre mengatakan bahwa eksistensialisme
sama sekali bukan ateisme yang menolak adanya Allah. Seandainya Allah ada, itu
samasekali tidak bakal mengubah apa-apa, kata Sartre.
2.4.5 FILSAFAT ANALITIS
Aliran ini muncul di Inggris dan Amerika Serikat sejak sekitar tahun
1950. Filsafat analitis disebut juga filsafat bahasa. Filsafat ini merupakan
reaksi terhadap idealisme, khususnya Neohegelianisme di lnggris.Para
penganutnya menyibukkan diri dengan analisa bahasa dan
konsep-konsep.Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Bertrand Russel, Ludwig
Wittgenstein (1889-1951), Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin.
2.4.6 STRUKTURALISME
Strukturalisme muncul di Prancis tahun 1960, dan dikenal pula dalam
linguistik, psikiatri, dan sosiologi. Strukturalisme pada dasarnya menegaskan
bahwa masyarakat dan kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap. Maka
kaum strukturalis menyibukkan diri dengan menyelidiki struktur-struktur
tersebut. Tokoh-tokoh terpenting strukturalisme adalah Levi Strauss, Jacques
Lacan, dan Michel Foucoult.
2.4.7
POSTMODERNISME
Aliran ini
muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala dampaknya. Seperti
diketahui, modernisme dimulai oleh Rene Descartes, dikokohkan oleh zaman
pencerahan (Aufklaerung), dan kemudian mengabadikan diri melalui dominasi sains
dan kapitalisme. Tokoh yang dianggap memperkenalkan istilah postmodern (isme)
adalah Francois Lyotard, lewat bukunya The Postmodern Condition: A Report on
Knowledge (1984).
Modernisme
mempunyai gambaran dunia sendiri yang ternyata melahirkan berbagai dampak
buruk, yakni Pertama, obyektifikasi alam secara berlebihan dan pengurasan alam
semena-mena yang mengakibatkan krisis ekologi. Dampak ini disebabkan oleh
pandangan dualistiknya yang membagi kenyataan menjadi subyek-obyek,
spiritual-material, manusia-dunia, dsb. Kedua, manusia cenderung menjadi obyek
karena pandangan modern yang obyektivistis dan positivistis.Ketiga, ilmu-ilmu
positif-empiris menjadi standar kebenaran tertinggi. Keempat, materialisme.
Kelima, militerisme. Keenam, kebangkitan kembali tribalisme (mentalitas yang
mengunggulkan kelompok sendiri.
Istilah
postmodern di luar bidang filsafat muncul lebih dulu. Rudolf Pannwitz, dalam
bukunya tentang krisis kebudayaan Eropa tahun 1947 menggunakan istilah manusia
postmodern yang ciri-cirinya sehat, kuat, nasionalistis, religius, yang muncul
dari nihilisme dan dekadensi nihilisme Eropa. Ia merupakan cermin kemenangan
atas kekacauan yang menjadi ciri khas modernitas.
Dalam
perspektif filosofis istilah postmodern baru digunakan tahun 1979, dan bukan
didorong oleh postmodern di Eropa yang berlatarbelakang arsitektur, melainkan
dirangsang oleh diskusi tentang problem sosiologis masyarakat postindustri di
Amerika Utara. Dalam konteks ini Jean-Francois Lyotard membuat laporan untuk
Dewan Universitas Quebec tentang perubahan-perubahan di bidang pengetahuan pada
masyarakat industri maju karena kemajuan teknologi informasi baru. Laporan itu
terbit dalam bukunya yang disebut di atas tahun 1979. Laporan inilah yang
menjadi titik tolak diskusi-diskusi filosofis tentang postmodernisme (Jurnal
Filsafat, 1990: 9-10).
Ciri-ciri
terpenting postmodernisme adalah (1) relativisme, dan (2) mengakui pluralitas.
Pada modernisme, pengetahuan merupakan suatu kesatuan yang didasarkan pada
cerita-cerita besar (grand narratives) yang menjadi ide penuntun sampai ke
penelitian-penelitian paling mendetil. Tapi postmodernisme merelatifkan
semuanya. Menurut para postmodernis, tidak ada suatu norma yang berlaku umum.
Tiap bagian mempunyai keunikan sehingga tak dapat menerima pemaksaan ke arah
penyeragaman. Dengan demikian, postmodernisme mengakui pluralitas dan hak hidup
individu atau unsur lokal (Sugiharto: 1996, 30-33)
Tokoh-tokoh
postmodernisme terpenting, selain Lyotard, adalah Jacques Derrida, Richard
Rorty, dan Michel Foucoult.
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam perkmbangannya filsafat dibagi menjadi 4
babakan yakni Filsafat klasik meliputi filsafat Yunani dan Romawi pada abad
ke-6 SM dan berakhir pada 529 M dominasi oleh rasionalisme. Filsafat abad pertengahan meliputi pemikiran
Boethius sampai Nicolaus pada abad ke-6 M dan berakhir pada abad ke-15 M
didominasi dengan doktrin-doktrin agama Kristen. Filsafat modern dan filsafat
kontemporer yang didominasi kritik terhadap filsafat modern.
3.2 SARAN
Setelah membaca makalah mengenai sejarah filsafat berdasarkan kurun
waktu, diharapkan untuk tidak pernah puas terhadap makalah yang telah dibuat,
karena filsafat memiliki cakupan yang sangat luas, untuk itu pembaca hendak
mencari sumber lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar